Senin, 20 Februari 2017

Nekad Adventure Jambi (Jomblo Petualang Jambi) sejarah Nekad Adventure

      Mungkin sudah banyak dan terlalu menjamur komunitas yang bergerak di bidang alam, adventure dan traveling. Nekad Adventure lahir berdasarkan dari ide konyol seorang mahasiswa dari Universitas Jambi dan kampus lain di kota jambi. Nekad Adventure (Jomblo Petualang) lahir pada tanggal 22 desember 2015. Nekad Adventure Jambi ini akan kami buat berbeda dengan yang lain. kami memang hobi traveling dan juga pecinta alam namun kami pastikan bahwa kami tidak akan menjadi komunitas yang sia-sia.tetapi akan kami jadikan sebagai forum silaturahmi dan belajar bersama untuk semua orang yang memang memiliki jiwa petualangan sejati (pecinta alam).   

Sampai saat ini beberapa anggota Nekad Adventure sudah menjalani ekspedisi traveling/adventure dibeberapa propinsi yang ada di pulau sumatera seperti Kerinci Jambi, Pekan baru Riau, Palembang Sumatera Selatan dsb. Dari beberapa wilayah yang telah dikunjungi, misalnya mendaki Gunung Kerinci 3805 mdpl, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Kaco,Kebun Teh Kerinci, Geopark Merangin, Kota Palembang, Air terjun Ratu Calista (Tanjabbar Jambi), Air Terjun KM.86, Air Terjun Taman Nasional Bukit 30 dan Air Terjun Tembulun Ruso, Bukit Berbunga di Propinsi Riau. Ekspedisi ini kami lakukan hanya dengan mengendarai kendaraan roda 2. Sungguh nekad kali kalian nakk,sesuai dengan nama nyaa….hahaha Nekad Adventure Jambi (Jomblo Petualang Jambi), orangnya jomblo-jomblo,,,haha    Mungkin sebelumnya ada kata pepatah, Tak Kenal Maka Tak Sayang yaa :D hehehe…maka dari itu kami akan mengenalkan nama2 kami semua J
  •  Eko Pujianto (Olung) si joo wong gendeng
  • M. Mustaqim (Baim kuncir) karena rambutnya selalu dikuncir,,,haha 
  • Harun AlRasyid (ini si tukang molor atau sering disebut si tumor..haha)
  • Indra Perdana Ipongk (tukang gombalin tante2 hahaha…)
  • Dani Saputra (si mbatak dari goa hantu)
  • Arjunes (ini orang sukanya ngibulan,banyak omong aja,,,hahaha)
  • Dzikra ‘Amalia (ini orangnya nekad an..cewek dewean lagi..haha)
  • Indra Sukma (warga PSHT)
  • Dedi Mustakim (Ngakunya sih kayag Neymar jr,nyatanya kayag sumbu lampu…haha)
  • Agus Salim ( ini ngakunya anak klub motor, tapi gak pernah pergi kemana-   mana…haha)
  • Andrian (gayanya bolehlah…haha)
  • Hawira ( gayanya sok cool, …wkwkw)
  • Iqbal AlMaysir (gendut, ngentutan lagi,,,,haha)
  • Ari Setiyawan (ini orangnya selalu banyak alesan, kalo diajak kemana2 atau mau diajak ngapain gitu selalu gak bisa, gawenya nyusu terus…hahha)
  • Hamdanu ( ini orangnya agak sombong,banyak omongnya aja,,,haha)
  • Egi Handra Praja ( ini orangnya penipu, banyak omong juga, tukang gali sumur)
  • Ridho (ini orang yang selalu dibuli kalo tiap lagi ngumpul2…haha) 

  • Hafiz (ini orangnya penakut, sis atria baja hitam…nekadan juga orangnya..hahaha

    1. Sekian dari kami, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan rezeki serta umur yang penuh berkah oleh Allah SWT, sehingga lain waktu kita semua bisa bertemu (silaturahmi)…mana tauu kann J heheh,,, Aminn Ya Rabbal’alamin


 Air terjun tembulun rusa riau
 Air terjun taman nasional bukit 30
Puncak gunung kerinci 3805 mdpl



 

Sabtu, 20 Februari 2016

kisah petualanganku

assalamualaikum,,,apa kabar kawan2 my adventure indonesia dan pencita alam seluruh dunia, disini kami memulai kisah nyata serta pengalaman yang tidak pernah kami lupakan baik berupa keasyikan,perjalanan,kebersamaan,nongkrong bareng,nekad bareng dan pokoknya semua dilakukan bareng2 bersama teman2,,hehehe
blok ini kami buat untuk mengenang moment adventure in kota jambi-kerinci dengan tujuan silaturahmi serta pendakian gunung tertinggi ke-2 seindonesia (atap sumatera) MT Kerinci 3805 mdpl...kata orang sih :D
nekad adventure merupakan kelompok 4 pendaki yang serba nekad (pokoknya nekad semualah,,haha) di gunung kerinci sehingga kami akhirnya sepakat dengan nama 4 Inci (Eko,Harun,Junes,Ari).
alhamdulillah,,,terimakasih banyak kepada guru baru sekaligus sanak famili baru kami bang Defriyanto (Bang Def Qincai) dan kepada sohib dari negeri minang (solok selatan dan pariaman) semoga kebaikan kalian di balas dengan Allah swt dengan kebaikan pula dan sukses untuk kalian semua,,Amiinnn :)
kami pesankan kepada teman2 kami Biologi 2013 serta dosen2 biologi Fst Unja (joo Mahya,joo Indra,joo Egi dan joo Ridho) kapan kalian bisa berkunjung ke atap sumatra ini yakni MT Kerinci 3805 mdpl,,,marilah simak kisah2 kami selama adventure (jrengg,jrengg,,,,)

 
foto bersama sebelum otw kerinci,,,gaspol joo

foto bersama melawan dingin di puncak kerinci 3805 mdpl

foto bersama saat di tenda (shelter 1)
4 pendaki di gunung kerinci ternekad
foto bersama dengan sohib minang di puncak mt kerinci 3805 mdpl
foto bersama di kediaman rumah guru baru 
(bang def qincai)
foto bersama 4 inci di danau lingkat,desa lempur kerinci
eksplorasi keanekaragaman Nephentes sp.
survey 4 inci di jembatan PDAM desa pasir putih,danau kerinci
nyantai bersama tim 4 inci nekad adventure @danau kerinci
foto bersama dengan si bolang saat perjalanan menuju danau kaco
di desa lempur,kerinci



inilah seputar kisah petualangan kami (4 Inci nekad adventure) semoga memberikan motivasi terbaik bagi pembaca dan bermanfaat untuk semua,,bila ada kata2 yg kurang ataupun tidak baik,kami dari 4 inci mohon maaf,,,jangan tiru jejak kenekadan kami,,hehehe
wassalamualaikum,,wr.wb

salam adventure indonesia,,,mari kita jaga kelestarian sumber daya alam kita ^_^ INDONESIA ITU INDAH JO,JANGAN DI RUMAH BAEEE,,,, hehe


laporan praktikum sistematika invertebrata


LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA

OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV





PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA INVERTEBRATA


Oleh
Nama : Eko Pujianto
Nim : F1C413017


Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum
Mata Kuliah Sistematika Invertebrata pada Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi


Diterima dan disahkan
Jambi,     Mei 2015

Mengetahui,
Dosen Pengampu



Ika Oksi Susilawati, M.Biotech.
NIDK. 201501072006

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi Rahmat dan kesempatan kepada kami, sehingga praktikan dapat menyusun laporan praktikum Sistematika Hewan Invertebrata. laporan praktikum ini dibuat sebagai bukti dan acuan bahwa praktikan telah melaksanakan praktikum dengan prosedur yang telah dibuat oleh para Dosen.
            Laporan praktikum ini dibuat berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan di laboratorium biologi dan disesuaikan dengan berbagai literatur serta jurnal-jurnal penelitian. Seiring do’a dan semangat, kami ucapkan terimakasih kepada bapak ibu dosen yang telah mengkoordinasi serta membimbing selama praktikum berlangsung. jika Laporan praktikum ini masih banyak kekurangan yang disajikan oleh penulis, sehingga kritik dan saran masih diperlukan untuk penyempurnaan dalam penyusunan laporan praktikum ini. Semoga bermanfaat..



Jambi,   Mei 2015

Praktikan
Eko Pujianto




DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………......i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………………....ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..iv
FILUM PROTOZOA..………………………………………………………………………5
FILUM PLATYHELMINTHES .……………………………………………………….….21
FILUM NEMATHELMINTHES …………………………………..………………………31
FILUM ANNELIDA ……………………………………………………………………….41
FILUM MOLLUSCA ………………………………………...…………………………….51
FILUM ARTHROPODA …………………………………………………………………..62





LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
FILUM PROTOZOA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV



PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium seiring dengan terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan organisme lain. Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi sumberdaya yang sebelumnya belum termanfaatkan dan mengakibatkan radiasi evolusioner dari bentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut, air tawar, dan akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona di bumi saat ini, beberapa di antaranya diilustrasikan pada terumbu karang di laut berasal dari evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih dari setengah miliar tahun yang lalu.
Kingdom Protista ini terdiri dari organisme eukariotik bersel tunggal. Protista dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air laut), daerah lembab, ataupun hidup bersimbioisis dengan organisme lain. Protista umumnya bersifat aerobik dan menggunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi yang diperoleh dapat bersifat fotoautotropik, heterotropik, atau keduanya. Protista mempunyai flagella atau silia dalam hiMicrosoftdupnya. Perkembangbiakannya dapat secara seksual maupun aseksual. Pada kondisi buruk, protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, protista dikelompokkan menjadi tiga genera, yaitu protozoa (protista seperti hewan), protista algae (protista seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur.
Bentuk tubuh protozoa biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat tropik. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (uniseluler). Namun demikian, protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya antara 3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.
Semua protista adalah eukariota, akan tetapi protista sangat beraneka ragam, sehingga hanya sedikit karakteristik umum lain yang dapat disebutkan tanpa perkecualian. Sesungguhnya, variasi protista dalam hal struktur dan fungsi, melebihi kelompok organisme lainnya. Sebagian besar dari sekitar 60.000 spesies protista yang diketahui hidup saat ini bersifat uniseluler, tetapi ada beberapa spesies berkoloni dan bersifat multiseluler. Karena sebagian besar protista bersifat uniseluler, maka protista dapat dianggap sebagai organisme eukariotik yang paling sederhana. Tetapi pada tingkat seluler, kebanyakan protista luar biasa kompleksnya paling rumit diantara semua sel.
Sebagian besar ahli sistematika sekarang setuju bahwa kingdom hewan adalah monofiletik, yaitu, jika kita dapat melacak semua garis keturunan hewan kembali ke asal mulanya, hewan akan menyatu pada suatu nenek moyang bersama. Nenek  moyang ini kemungkinan adalah suatu protista berflagela pembentuk koloni yang hidup lebih 700 juta silam dalam masa prakambrium. Protista itu kemungkinan berkerabat dengan koanoflagelata, suatu kelompok yang muncul sekitar semiliar tahun silam. Nenek moyang seperti itu telah berkembang menjadi hewan sederhana dengan sel-sel khusus yang tersusun dalam dua atau lebih lapisan.

1.2 Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengamati struktur dan morfologi organisme hewan yang tergolong Protozoa dan mengklasifikasikannya.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangat beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell, 2003: 125).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama, zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik  (Rohmimohtarto, 2007).
Protozoa adalah hewan bersel tunggal (uniseluler) yang dibungkus oleh satu plasma membrane. Ukuran tubuhnya kurang dari 10µm dan hidup secara soliter ataupun berkoloni.
Protozoa dibagi menjadi enam kelas sebagai berikut yaitu :
(a) Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia.                           Contohnya yaitu Amoeba sp.
(b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria
(c) Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut
(d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium
(e) Zoonastigina, dicirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis,                                 contohnya yaitu Tripanosoma
(f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang                             mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi.
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik  menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried, 2006).
Di antara berbagai organisme yang mendiami air genangan tanah sawah adalah protozoa dan alga. Mereka berperanan penting dalam siklus unsur hara di lingkungan air tawar, khususnya pada pertanaman padi sawah. Beberapa alga pada genangan tanah sawah dilaporkan dapat  memfiksasi nitrogen yang kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh aktivitas organisme lain yang mendiami air genangan tanah sawah tersebut Selain itu secara langsung protozoa dan alga juga sebagai penyumbang biomassa tanah pada pertanaman padi sawah. Peranan penting lain dari protozoa and algae adalah sebagai bioindikator perubahan lingkungan. Oleh karena itu perubahan dan dinamika populasi alga dan protozoa dominan yang menghuni padi sawah kemungkinan akan terpengaruh oleh aplikasi bokashi yang diberikan terus menerus (Ainin dkk., 2008).
   Menurut Zainal-Abidin (1995), Dari Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa fenomena poliparasitisme banyak dijumpai pada ayam hutan dan ayam kampong. Biasanya parasit golongan nematoda menunjukkan frekuensi kejadian tertinggi dibandingkan dengan cacing jenis lain, protozoa, atau ektoparasit. Walaupun ayam-ayam tersebut diinfeksi oleh beberapa jenis parasit, namun secara klinis mereka masih kelihatan sehat dan tidak menunjukkan sakit akibat terinfeksi parasit.
 Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria.

  
Ciri-ciri umum hewan yang tergolong Filum Protozoa dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Tubuh tersusun atas satu sel, ukurannya beberapa mikron sampai beberapa  milimeter dan umumnya bersifat mikroskopis.
b.      Umumnya hidup secara individual, tetapi ada yang hidup secara koloni, ada yang hidup bebas di dalam air, komensal, dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain.
c.       Umumnya berkembangbiak dengan cara membelah diri, tetapi ada pula yang mengadakan konyugasi, dan ada pula yang membentuk spora.
d.      Makanannya berupa : bakteri, hewan bersel satu lainnya atau sisa-sisa organisme. Cara mengambil makanannya ada yang saprozoik ( memakan / menguraikan bangkai hewan ) dan holozoik ( memakan hewan lain yang masih hidup ).
e.       Cara bergeraknya ada yang menggunakan : flagela, silia, atau pseudopodia, bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.
f.       Tidak memiliki klorofil, kecuali Euglena.
g.      Eukariota dan dapat membentuk sista ( lapisan pelindung ).

Klasifikasi Protozoa
Sekurang–kurangnya ada 15.000- 20.000 jenis Protozoa. Jenis- jenis termasuk fosil–fosil yang berasal dari zaman Kambrium yang belum diklasifikasikan  secara memadai. Akan tetapi berdasarkan alat geraknya, Protozoa dapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
1. Kelas Rhizopoda
Habitat hewan ini di air tawar,air laut, tempat- tempat basah dan sebagian besar hidup di dalam tubuh hewan atau manusia. Struktur tubuhnya  terdiri dari protoplasma yang dibatasi oleh membran.Ciri khusus hewan ini adalah alat geraknya yang berupa kaki semu  (pseudopodium).Kaki semu merupakan penjuluran protoplasma sel. Proses penjuluran plasma ini berlangsung sedemikian rupa , mula- mula bagian protoplasma yaitu endoplasma yang kental (plasmogel) mencair sementara menjadi plasmosol, sehingga mudah bergerak membentuk penjuluran.kemudian jika plasmosol mengental,maka penjuluran tertarik kembali.




Kelas Rhizopoda dibagi menjadi 4 ordo yaitu :
1) Amoeba
Amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang (telanjang).  Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa, bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya amoeba bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya).
            Sitoplasma terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia ada yang tipe lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Pada lobofodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto dan endoplasma, sedang pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari ektoplasma.
            Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silika atau khitin, atau materi dari luar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantaraan penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm atau topi. Hewan ini hidup di lumpur-lumpur di bagian dasar kolam, sawah, sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-sisa organisme.
            Susunan tubuh amoeba bersifat moniselular, sedang bentuk tubuhnya tidak tetap, selalu berubah-ubah menurut keadaan. Protoplasma terdiri dari beberapa lapisan yaitu :
      a). Plasmolemma, yaitu lapisan luar sebagai membran sel.
      b). Ektoplasma, yaitu lapisan protoplasma yang sifatnya bening
      c). Endoplasma, yaitu lapisan protoplasma yang sifatnya berbutir-butir.
                 Di dalam  endoplasma ini didapatkan :
      a). Nukleus yang berfungsi untuk mengatur kegiatan sel.
      b). Vakuola berdenyut, berfungsi untuk mengatur kadar air dalam tubuhnya, berarti menjaga         tekanan osmosis sel agar konstan (osmoregulator).
      c). Vakuola makanan, berfungsi untuk mencernakan makanan, karena mengeluarkan enzim.           Sari makanan diserap protoplasma, sisa makanan dibuang.
            Hewan ini bernapas dengan cara mengambil oksigen secara difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan energi. Pergerakan Amoeba yaitu bergerak dengan menjulurkan kaki semunya, dan geraknya disebut gerak amoeboid. Perkembangbiakan Amoeba dengan cara membelah diri dan berlangsung jika keadaan memburuk akan membentuk kista. Pembentukan kista ini dimaksudkan agar dapat hidup meskipun keadaan memburuk. Keadaan hidup demikian disebut hidup laten.

2) Foraminifera
Terutama hidup di laut. Pseudopodianya seperti benang, bercabang dan saling bersambungan disebut reticulopodia. Foraminifera mensekresikan bahan cangkang yang komposisinya terutama kalsium karbonat plus sedikit bahan organik seperti silikat dan magnesium sulfat.
            Sebagian besar Foraminifera adalah benthos (melekat pada dasar lautan), tetapi ada juga yang sebagai plankton seperti Globigerina. Cangkang yang hidup sebagai plankton lebih halus, sedangkan cangkang plankton di kawasan berair dingin lebih kecil dan kurang porous (berlubang) dibanding uang hidup di daerah tropis. Dengan demikian distribusi fosil spesies plankton merupakan indikator iklim di zaman geologik yang telah silam.

3) Radiolaria
Merupakan protozoa yang paling cantik. Sluruhnya hidup di laut dan terutama sebagai plankton.Ukurannya cukup besar dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.Seperti heliozoa, tutuh radiolaria bentuknya bulat dan terbagi menjadi bagian luar dan bagian dalam.Bagian dalam yang mengandung satu sampai beberapa inti terbungkus oleh kapsul sentral dari bahan kitin yang berlubang-lubang yang memungkinnkan sitoplasma bagian dalam berhubungan dengan sitoplasma bagian luar (ekstra kapsula sitoplasma).yang terakhir ini sering meluas dan disebut calymma yang menyelimuti/mengelilingi sentral kapsul.

4) Heliozoa
            Tubuh heliozoa terbagi atas dua bagian: bagian luar (korteks sering berupa vakuola besar) dan bagian dalam atau medula berisi protoplasma dengan satu sampai beberapa nukleus dan bonggol-bonggol axial. Walaupun tidak bercangkang, heliozoa mungkin mengandung pasir atau diatome atau silika. Komponen rangka ini menempel pada bagian luar lapisan gelatin yang menyelubungi sel heliozoa. Susunannya mungkin lurus seperti axopodia.

2. Kelas Flagellata
Superkelas Mastighopora mencakup protozoa yang menggunakan flagella (bulu cambuk) sebagai alat gerak dewasa (mastik=cambuk) dan dianggap sebagai protozoa yang paling sederhana
Ciri-ciri :
·         Alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk).
·         Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan.
·          Flagel terletak pada ujung anterior tubuh.

Di lihat dari bentuknya , flagellata terbagi menjadi 2 :
·         Fitoflagellata (berbentuk seperti tumbuhan) yang mengandung klorofil dan bersifat fotosintetik. Contoh : Euglena
·         Zooflagellata (berbentuk seperti hewan) yang tidak mempunyai klorofil dan bersifat heterotrof. Contoh : Trypanosoma.

3. Kelas Ciliata
Subfilum Cilliophora hanya memiliki satu Kelas Cilliatea.Jenisnya terbesar dari semua Kelas Protozoa.Semua anggotanya memiliki bulu getar (silia) sebagai alat gerak atau untuk menangkap makanan, dan sebagian besar memiliki mulut atau sitostome.Satu ciri Cilliophora adalah memiliki dua inti ; Makronukleus (vegetatif) dan Mikronukleus (generatif). Salah satu anggota yang dikenal dan hidup di air tawar adalah Paramecium caudatum.
Ciri-ciri :
1.      Kebanyakan ciliata berbentuk simetris kecuali ciliate primitiv, simetrinya radial.
2.      Tubuhnya diperkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
3.      Tubuhnya diselimuti oleh silia , yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia somatik.
4.      Ciliata mempunyai dua tipe inti sel (nukleus), yaitu makronukleus dengan mikronukleus.
5.      Ciliata tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi nutrisi dan cara makan

4. Kelas Sporozoa
Subfilum sporozoa dan Subfilum cnidospora semula memang dikelompokkan dalam satu kelas sporozoa karena adanya tahap menyerupai spora yang infektif pada beberapa anggota kedua kelompok tersebut.Pembagian yang sekarang menjadi dua subfilum merupakan usaha untuk menentukan kedudukan  yang lebih tua dari kedua kelompok tersebut, meskipun nama sporozoa tetap digunakan pada kedua kelompok tersebut.
Ciri-ciri :
·         Tidak memiliki alat gerak khusus, tapi bersifat parasit.
·         Zigot mampu bereproduksi membentuk spora.
·         Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.
·         Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia adalah Plasmodium.















BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : mikroskop, object glass, cover glass, labu Enlenmeyer, pipet tetes. Bahan yang digunakan yaitu aquades, sampel air sawah dan air tawar, rayap,dan ikan air tawar.
3.2 Metode
Metode dan langkah kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Sampel air yang diduga mengandung protozoa disiapkan dan catat data kualitatif lingkunagannya.
2.      Sampel air diamatai menggunakan mikroskop dan gambarkan protozoa yang ditemukan dan beri keterangan.
3.      Usus rayap diambil dengan cara memcahkan perutnya dan isinya diletakkan pada objek glas, encerkan dengan aquades, dan amati menggunakan mikrskop, kemudian catat dan gambarkan struktur morfologi organisme yang ditemukan.
4.      Ujung pipet tetes dimasukkan kedalam anus ikan air tawar, ambil sedikit cairan dalam anus, kemudian teteskan pada objek glas dan amati dengan mikroskop serta gambarkan struktur morfologi organisme yang ditemukan.
5.      Organisme yang ditemukan dibuat klasifikasinya.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa jenis spesies antara lain,yaitu :
Spirostomum patella, Volvox aureus, Euplotes patella, Aspidisca lynceus, Trachelius ovum, Spirostomum ambigum, Tachysoma pellionelia, Urceolus cyclostomus.
4.2 Pembahasan
klasifikasi dari Spirotomum sp. yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Heterotrichida
Famili : Spirostomidae
Genus : Spirostomum
Spesies : Spirostomum sp (Maskoeri, 1992).
Morfologi Spirostomum sp. merupakan genus dari Protista dan kelas dari ciliata. ketika terkejut, Spirostomum ambigum dapat kontrak sampai kurang dari setengah panjang,dalam waktu 1/200 per detik .seperti kontrak,korteks sel liku dan melebar dan struktur spiralnya menjadi terlihat.Anatomi Spirostomum sp. memiliki ciri-ciri memanjang, fleksibel dan juga kontraktil.tubuh selnya panjang dan seperti cacing.penampangnya seperti silinder tetapi dapat diratakan pada ujung ekornya.Habitatnya, spesies biasanya ditemukan di air tawar.
Klasifikasi volvox aereus yaitu :

Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Flagellata
Ordo : Phytomasgophora
Famili : Volvocidae
Genus : Volvox
Spesies : Volvox aereus (Linnaeus, 1758).
Spesies ini terdiri atas ratusan sel yang digabungkan oleh suatu jalan protoplasma. Sebagian besar senya mempunyai titik mata, klorofil, vakuola kontraktil dan dua flagella. Perkembangbiakannya dengan dua cara yaitu aseksual dan seksual.peleburan mikro dan makro gamet membentuk zigot yang terbungkus oleh suatu dinding yang keras. Pada saat dimana keadaan dinding akan pecah dan membelah lalu membentuk koloni baru. Pada Volvox,Dimorphisme ini mencapai puncaknya, sehingga hampir menyerupai seperti apa yang terdapat pada vertebrata tinggi. Zooid tertentu membesar membentuk macrogamete, yang lain membentuk microgamete (antheridia) yang bentuknya memanjang berwarna kuning dengan titik pigmen merah dan 2 flagella (Radiopoetro,1996).
Kingdom         :    Animalia
Philum             :   Protozoa
Class                :   Ciliata
Ordo                :    Hymenostomatida
Family             :    Paramecidae
Genus              :    Paramaecium
Species            :   Paramaecium caudatum (Linnaeus, 1758).
Paramecium caudatum memiliki bentuk yang tetap karena terdapat pelikel, di sekeliling tubuhnya di penuhi oleh ilia/bulu getar yang mana cilia ini berfungsi sebagai alat geraknya. Seperti telah disebutkan bahwa Protozoa kelas Cilliata mempunyai dua macam inti, yaitu:
a.       Makronukleus (inti besar), berfungsi untuk mengatur kegiatan tubuh seperti bergerak, mencerna makanan dan lain-lain atau disebut juga sebagai fungsi vegetatif.
b.      Mikronukleus (inti kecil), berfungsi untuk perkembangbiakan atau fungsi generatif.
          Morfologi : Paramecium  memiliki tubuh yang seluruhnya atau sebagian ditutupi oleh cilia atau rambut getar, mempunyai satu makronukleus dan satu atau beberapa mikronukleus, Paramecium   bereproduksi secara vegetatif dengan pembelahan melintang, makronukleus membelah secara amitosis sedangkan mikronukleus secara mitosis. Paramecium   memiliki tubuh streamline yang dapat digunakan untuk berenang.
          Anatomi : Bentuk sel pada paramecium seperti sandal (alas kaki), memiliki makronuklesus satu, mikronukleus satu atau lebih,dimana mikronukleus berfungsi sebagai alat reproduksi dan mikronekleus sebagai konjugasi . Habitat Paramecium   pada air tawar yang berenang. Memiliki vakuola denyut yang terletak pada permukaan aboral yang berfungsi sebagai sistem ekskresi dan mengedarkan makanan keseluruh tubuh . Ujung sel bagian anterior lebih tumpul atau membulat . vakuola makanan banyak dan makronukleus bundar atau letaknya ditengah.reproduksi secara aseksual dan aseksual.
Habitat alami adalah air tawar, Paramecium   sp mengambil air dari hipotonik lingkungan melalui osmosis dan menggunakan kandung kemih seperti kontraktil vakuola untuk mengumpulkan kelebihan air dari kanal radial dan mengusir berkala melalui membran plasma oleh kontraksi sekitarnya sitoplasma.












BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, maka dapat disimpulkan :
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal dan mempunyai ukuran tubuh mikroskopis. Protozoa merupakan hewan yang bersifat parasit, mutualistis, komensal atau bebas. Protozoa bergerak dengan flagella (rambut cambuk),pseudopodia (kaki semu),silia (rambut getar) atau bergerak sendiri. Protozoa ada yang menguntungkan da nada juga yang merugikan. Protozoa mempunyai peranan penting dalam daur makan dalam air. Filum protozoa terdiri atas beberapa kelas yaitu mastigophora/flagellata,sporozoa, sarcodina/rhizopoda, ciliata/suctoria.













DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:  Erlangga
Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Niswati A., Dermiyati, dan M.A.S Arif.2008. Perubahan Populasi Protozoa dan Alga        Dominan pada Air Genangan Tanah Padi Sawah yang Diberi Bokashi   Berkelanjutan.Jurnal Tanah Trop. Kabupaten Tanggamus.Lampung
Radiopoetro.1996.Zoologi. Jakarta: Erlangga
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.           Jakarta: Djambatan
Zainal-Abidin B.A.H.1995. Protozoa Parasitik dan aspek hematologi ayam hutan Malaysia           (Gallus gallus Spadiceus). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.  Bangi Selangor.Malaysia














LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM PLATYHELMINTHES”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV



PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Platyhelminthes dalam bahasa yunani, platy (pipih), helminthes (cacing atau cacing pipih) adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya lebih kompleks dibanding porifera. Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (tripoblastik),yaitu ekstoderm, mesoderm dan endoderm. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun hidup sebagai parasit. Pada Platyhelminthes yang hidup secara bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.
Anggota filum Platyhelminthes mencapai 10.000 -15.000 spesies. Anggota filum ini tidak mempunyai coelom yang sebenarnya tetapi mempunyai saluran pencernaan makanan yang kompleks pada kelas turbellaria dan nematoda. Filum ini mempunyai jaringan yang kompak tetapi tidak mempunyai gastrodermal, sel-sel amomisit yang bergerak bebas disebut jaringan mesenkim. Filum ini berbentuk pipih pada bagian dorsoventral. Tidak ditemukan metamerasi yang nyata, system otot tersusun oleh pembugkus, sistem syaraf pusat terdapat di daerah kepala dan menyebar ke seluruh tubuh.tipe ekskretori pronerfus dan sistem reproduksinya sederhana.
Kebanyaan hewan dari phylum platyhelminthes contohnya cacing hati (Fasiola hepatica) tumbuh sebagai parasit dalam tubuh manusia. Oleh karena itu lah pentingnya memahami habitat, morfologi, anatomi dan siklus hidup dari phylum platyhelmintes agar kita dapat menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat menjaga keseimbangan dari ekosistem alam.

2.1 Tujuan Praktikum
            Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong platyhelminthes serta mengklasifikasikannya.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli menganggap Nemertia, yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom. Ruang digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai saluran digesti.Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing planaria hidup dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut beberapa inang sementara. Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal sebagai cacing ikat pinggang (Mukayat, 1989).
            Platyhelminthes adalah sekelompok organisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap–tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis (Maskoeri, 1992).
            Platyhelminthes (platys = pipih, helmins = cacing). Pada Platyhelminthes sudah ada alat-alat atau organa sederhana yaitu pharynx yang bersifat muscular, oceli dan alat-alat yang lebih kompleks misalnya organa genetalia dan organa excretoria. Tetapi mereka masih mempunyai system gastrovascular seperti diketemukan pada colenterata dengan hanya satu muara yang berfungsi baik sebagai mulut maupun sebagai anus (Radiopoetro, 1996).
            Planaria sp. merupakan cacing pipih dengan panjang mencapai 30 mm yang termasuk ke dalam phylum Platyhelminthes. Planaria sp. ini merupakan hewan fotonegatif dan biasanya ditemukan di bawah batuan yang terhindar dari cahaya matahari. Planaria sp. umumnya ditemukan di habitat akuatik yang tidak tercemar dengan arus yang mengalir, sebab Planaria sp. memerlukan oksigen yang baik, tidak bersifat asam, dan tidak mengandung polutan organik (Hertien Surtikanti, 2004).
            Pada peternakan sapi potong, penyakit cacing hati (Fasciolasis) sering dijumpai. Fasciolasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing famili Trematoda dengan spesies Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Kedua cacing ini pada temak ditularkan melalui siput dan famili Lymnaeidae. Cacing Fasciola hepatica pada umumnya dijumpai di daerah beriklim sedang, sedangkan F. gigantica ditemukan di daerah yang beriklim tropis basah (Munadi, 2011).
            Pada Fasciola sp. Terdapat unsur seluler yang tampak jelas pada telur Fasciola ialah sel-sel kuning telur (yolk), sedang sel germinalnya tampak sebagai bagian transparan di daerah sekitar salah satu kutubnya. Kebanyakan telur mempunyai operkulum pada salah satu kutubnya, ukuran 150 x 90 mikron (Purwanta dkk., 2009).
            Platyhelminthes dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah. kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ – organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya di kumpulkan pada uterus (Yusminah, 2007).
Kebanyakan filum Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi,kerbau, anjing dan sebagainya.





BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop stereo,loop, alat bedah, baki preparat, jarum pentul, dan penggaris.bahan yang digunakan adalah sampel Planaria sp. Dan cacing hati (Fasciola hepatica), tissue dan label.

3.2 Metode
Metode yang dilakukan meliputi:
1.      Struktur morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.      Setiap bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.      Sampel yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.      Sampel dibedah dan amati alat pencernaannya
5.      Klasifikasi taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil jenis spesies,yaitu :
Fasciola hepatica, Taenia saginata, Trichostrongylus sp.

4.2 Pembahasan
            Adapun klasifikasi dari Fasciola hepatica adalah sebagai berikut :      
             Kingdom        : Animalia
             Phylum           : Platyhelminthes
             Class               : Trematoda
             Ordo               : Echinostomida
             Family            : Fasciolidae
             Genus             : Fasciola
       Spesies           : Fasciola hepatica (Mukayat, 1989).
a. Morfologi
Morfologi Fasciola hepatica jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada Fasciola hepatica jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior).Pada Fasciola hepatica betina, sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin atau gelang kopulasi. bentuknya pipih (seperti daun), susunan tubuh triploblastik yang terdiri dari lapisan ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Sistem pencernaan makanan sederhana. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan ke luar.
b.  Anatomi
Fasciola hepatica ini tidak mempunyai anus dan alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini bersifat hemaprodit, berkembang biak dengan cara pembuahan sendiri atau silang, Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak.  Fasciola hepatica dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini juga

memiliki khas bercabang organ reproduksi.  Hati Fasciola hepatica juga memiliki pengisap oral yang digunakan untuk secara efektif jangkar parasit dalam memotong empedu.
c. Habitat
Fasciola hepatica  parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Fasciola hepatica yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
     a. Sistem Respirasi
Cacing hati (Fasciola hepatica) tidak memiliki alat pernafasan khusus maka ia menggunakan permukaan tubuh / kulit-nya sebagai tempat pertukaran O2 atau  CO2.
      b. Sistem Sirkulasi
System sirkulasi cacing hati (Fasciola hepatika), dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula.
       c. Sistem Ekskresi
Cacing hati (Fasciola hepatica) memiliki alat ekskresi khusus yang terdapat pada  setiap segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini dinamakan nefridium. Alat ini disebut nefrostom. Nefrostom berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen kesegmen lainnya. Sementara, sisa metabolisme akan dikeluarkan melalui sebuah lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia pada nefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir ke dalam nefridium. Pada nefridum ini, zat berguna seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
d. Sistem Reproduksi
Alat reproduksi pada Fasciola Hepatica jantan memiliki sepasang testis dan penis.
e. Sistem Pencernaan
Cacing hati memiliki alat pencernaan tetapi tidak lengkap. Susunan system pencernaan makanan hanya terdiri dari mulut, faring, esophagus dan intestine. Lubang mulut tertutup oleh alat pengisap oral (sucker). Lubang mulut berlanjut dengan rongga mulut yang berbentuk corong. Rongga mulut berlanjut pada faring yang berdinding tebal dengan lumen sempit. Dinding faring tersusun oleh otot melingkar. Faring berfungsi untuk mengisap makanan. Faring mempunyai kelenjar faringeal. Esophagus menghubungkan faring dengan intestine. Intestine bercabang dua ke kiri dan ke kanan yang membentang kea rah posterior, dan sejajar. Masing-masing cabang bercabang lagi ke arah lateralmembentuk kantung-kantung seka atau divertikula yang buntu. Cabang-cabang ini mebagi makanan ke seluruh tubuh.

Klasifikasi Taenia saginata yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyledea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata (Maskoeri, 1992).
Morfologi : Taenia saginata mempunyai mulut,badan,ekor dan segmen. Memiliki proglotid (bersegmen), Scolex, memiliki ukuran tubuh yang panjang berwarna putih.
            Planaria sp. merupakan cacing pipih dengan panjang mencapai 30 mm yang termasuk ke dalam phylum Platyhelminthes. Planaria sp. ini merupakan hewan fotonegatif dan biasanya ditemukan di bawah batuan yang terhindar dari cahaya matahari. Planaria sp. umumnya ditemukan di habitat akuatik yang tidak tercemar dengan arus yang mengalir, sebab Planaria sp. memerlukan oksigen yang baik, tidak bersifat asam, dan tidak mengandung polutan organik. Dengan kriteria di atas dapat dikatakan bahwa Planaria sp. merupakan bioindikator perairan bersih.
                  Pada peternakan sapi potong, penyakit cacing hati (Fasciolasis) sering dijumpai. Fasciolasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing famili Trematoda dengan spesies Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Kedua cacing ini pada temak ditularkan melalui siput dan famili Lymnaeidae. Cacing Fasciola hepatica pada umumnya dijumpai di daerah beriklim sedang, sedangkan F. gigantica ditemukan di daerah yang beriklim tropis basah.




BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data,dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
Pada Kelas Trematoda yang dapat kami amati adalah Fasciola hepatica. Fasicola hepatica pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini juga memiliki khas bercabang organ reproduksi.  Hati Fasciola hepatica juga memiliki pengisap oral yang digunakan untuk secara efektif  jangkar parasit.
Pada filum platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi, kerbau, anjing dan sebagainya. Filum Platyhelminthes terbagi atas tiga kelas yaitu kelas Turbellaria,kelas Trematoda, dan kelas Cestoda.
















DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hala, Yusminah.2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.
Jasin, Maskoeri.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Munadi.2011. Tingkat Infeksi Cacing Hati Kaitannya dengan Kerugian Ekonomi Sapi Potong      yang disembelih di Rumah Potong Hewan Wilayah Eks-Kresidenan Banyumas. Jurnal             Agripet. Purwokerto,Jawa Tengah.
Purwanta , Nuraeni , Josephina D. Hutauruk dan S. Setiawaty.2009. Identifikasi cacing saluran    pencernaan (Gastrointestinal)pada sapi bali melalui pemeriksaan tinja di             kabupaten        Gowa. Jurnal Agrisistem.Kabupaten Gowa,Sulawesi selatan.
Surtikanti, Hertien.2004. Populasi Planaria di lokasi Bukit Tunggul dan Maribaya, Bandung          Utara. Jurnal matematika dan sains.Bandung.
















LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM NEMATHELMINTHES”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV



PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya makhluk  hidup yang ada dibumi dikelompokkan oleh Aristoteles menjadi dua kingdom, yaitu kingdom Plantae (tumbuhan) dan kingdom Animalia (hewan). Dalam pengelompokkan tersebut, hewan hewan dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya (darat,air,udara). Sedangkan tumbuhan dikelompokkan berdasarkan strukturnya (herba,semak,pohon). Semua hewan yang ada di bumi berasal dari hewan-hewan pada zaman Archeozoicum yang hidup di dalam air. Hal ini dapat kita lihat dari fosil-fosil yang dijumpai. Sebagian dari hewan tersebut dalam pengembangannya pindah ke darat, tetapi sebagian lagi tetap berada dalam air.
Pada saat ini para ahli zoologi telah berhasil mendeskripsikan kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi ini dan kurang lebih 5% mempunyai tulang belakang yang dikenal sebagai Vertebrata.  sisa hewan yang ada 95% merupakan hewan yang tidak bertulang belakang atau Invertebrata. Adapun yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini yaitu agar dapat mengetahui bentuk struktur morfologi dan anatomi dari filum Nemathelminthes.
            Tubuh Nemathelminthes berbentuk bulat panjang dengan permukaan tubuh halus dan mengkilat, hidup di air tawar, air laut, pada manusia, hewan maupun tumbuhan.ciri khusus filum ini adalah antara lain tubuh tidak beruas, triploblastic, simestris bilateral, tubuh panjang, silindris, tidak bersilia dan dioceus. Filum Nemathelminthes terdiri dari dua kelas yaitu kelas Nematoda dan kelas Acanthocephala.

1.2 Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong Nemathelminthes serta mengklasifikasikannya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tubuh Nemathelminthes berbentuk bulat panjang dengan permukaan tubuh halus dan mengkilat, hidup di air tawar, air laut, pada manusia, hewan maupun tumbuhan. ciri khusus filum ini adalah antara lain tubuh tidak beruas, triploblastik, simestris bilateral, tubuh panjang, silindris, tidak bersilia dan dioceus. Filum Nemathelminthes terdiri dari dua kelas yaitu kelas Nematoda dan kelas Acanthocephala.
Dalam sebuah ekosistem, parasit hidup berdampingan dengan makhluk hidup termasuk ikan sebagai salah satu inangnya sehingga ikan tidak dapat terhindar dari cacing parasite yang bersaing untuk memperoleh makanan dan tempat tinggal. Cacing (Helminths) berasal dari kata “Helmins atau Helminthos” (Greek) yang secara umum berarti organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak. Cacing yang perlu dipelajari untuk kedokteran hewan ada dua kelompok yaitu Platyhelminthes dan Nemathelminthes.
Cacing Nematoda yang dapat menginfeksi ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) adalah Anisakis sp. dan Camallanus sp., dimana Anisakis sp. Merupakan parasite biota laut dan merupakan ancaman bagi manusia karena bersifat zoonosis. Anakis sp, Camallanus sp, dan Acanthocephala berpredileksi pada saluran pencernaan. Anakis sp. Memerlukan mamalia laut (paus dan lumba) sebagai hospes definitif. Selain cacing nematoda juga ditemukan cacing Platyhelminthes (cacing pipih). Salah satu filum Platyhelminthes yang ditemukan pada ikan selar bentong adalah Diginea. Diginea juga berpredileksi pada saluran pencernaan ( Mori Friska dkk., 2012).
Infeksi cacing pencernanaan khususnya golongan nematoda dan cestoda merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan serius.berdasarkan media penularannya cacing percernaan terbagi 2 golongan, yaitu cacing Soil Transmitted Helminth (STH) yang media penularannya melalui tanah dan non STH yang media penularannya tidak melalui tanah.spesies yang tergolong pada infeksi cacing pencernaan yaitu Ascaris lumbricoides,Syngamus laringeus, Hookworm (cacing kait), E.varmicularis, Thaenia sp., cacing T.trichiura yang dapat menimbulkan pendarahan kecil yang dapat mengakibatkan anemia (Budi hairani dkk., 2012).
Berdasarkan survei di beberapa pasar hewan di Indonesia menunjukkan bahwa 90% ternak sapi dan kerbau mengidap penyakit cacingan yaitu cacing hati (Fasciola hepatica), cacing gelang (Neoascaris vitulorum) dan cacing lambung (Haemonchus contortus). Fasciola hepatica mengifeksi ternak pemakan hijauan seperti sapi, domba dan kambing dan juga manusia melalui berbagai kontaminasi seperti air dan tanaman (Munadi, 2011).
Salah satu penyakit parasit yang menyerang ternak, seperti fasciolosis yang disebabkan oleh cacing hati Fasciola gigantica menimbulkan banyak masalah dalam bidang peternakan. Fasciolosis mengakibatkan suatu penyakit hepatitis parenkimatosa akut dan suatu kholangitis kronis. Setelah menyerang hati, tahap selanjutnya cacing ini dapat mengakibatkan gangguan metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan, menurunkan bobot hidup, anemia dan dapat menyebabkan kematian. Ternak yang dapat terinfeksi oleh cacing hati ini antara lain sapi, kerbau, domba, dan kambing dan ruminansia lain (Muhamad Hambal dkk., 2012).
Ascaris sp. : Telur berdinding tebal, berbintik-bintik dan agak bulat berukuran 68-101 x 60-86 mikron.Cacing saluran pencernaan merupakan salah satu jenis penyakit yang sering di-jumpai dalam usaha peternakan, kejadian ini dapat menurunkan laju pertumbuhan dan kesehatan ternak, sebab sebagian zat makanan di dalam tubuhnya juga dikonsumsi oleh cacing hingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Keadaan ini dapat pula menyebabkan ternak menjadi lebih sensitif terhadap berbagai penyakit yang mematikan (Purwanta dkk., 2009).














BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
            alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop stereo, loop, alat bedah, baki preparat, jarum pentul, dan penggaris. Bahan yang digunakan yaitu sampel Nematoda dari Crustacea dan usus sapi, aquades,tissue dan label.
3.2 Metode
Adapun metode yang dilakukan meliputi :
1.      Struktur morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.      Setiap bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.      Sampel yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.      Sampel dibedah dan amati alat pencernaannya
5.      Klasifikasi taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil beberapa jenis spesies,yaitu :
Syngamus laryngeus, Ascaris lumbricoides, spesies 1 dan spesies 2.
4.2 Pembahasan
1.      Morfologi
Pada pengamatan ini, Ascaris lumbricoides mempunyai tubuh yang panjang, berbentuk silinder, dan runcing pada kedua ujungnya. Permukaaan tubuh pada umumnya tidak berwarna. Kutikula berwarna putih kekuningan. Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat membentuk garis-garis melintang sehingga menampakkan ruas-ruas semua pada tubuh cacing. Memeliki tiga buah bibir, satu dibagian dorsal dan dua di ventrolateral. Di dekat ujung postenior terdapat anus dengan bibir yang tebal. Di belakang bibir terdapat sebauh lubang eksresi yang terletak pada bagian midventral.
2.      Anatomi
Pada Ascaris lumbricoides, mulut berlanjut pada faring atau esofagus yang berbentuk silindris. Faring berlanjut dengan intestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Intestin itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdiding tipis. Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang  yang menggulung. Ovari mempunyai saluran telur (oviduk) yang berukuran lebih lebar. Oviduk menuju ke uterus yangterle  dindingya berotot. Kedua uterus bergabung dan bermuara pada vagina lubang vagina atau vulva  terletak pada sepertiga bagian tubuh dari arah anterior.
Reproduksi : Alat reproduksi jantan terdiri dari testis dengan saluran berbentuk benang kusut, kemudian saluran vas deferens yang menuju ke vesikula seminalis dan berakhir pada saluran ejakulasi, alat reproduksi betina terkenal dengan bentuk Y.





3.      Pencernaan
Faring atau esofagus merupakan saluran pencernaan depan. Faring berlanjut dengan itnestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Makanan diserpa oleh taring. Sel-sel kelenjar dari taring menghasilkan enzim dan intestinnya menyerap makanan serta melaksanakan pencernaan secara intraseluler. Kelebihan makanan disipang sebagai cadangan glikogen dan lemah di dalam intestin, otot dan epidermis. Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara an-aerob. Energi didapat dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang dieksresikan melalui kutikula.
Habitat : Merupakan cacing yang bersifat endoparasit di dalam usus halus manusia. Cacing hidup bebas dalam rongga usus. Ascaris limbricoides merupakan farietas yang hidup pada usus babi dapat menginfeksi manusia, tetapi infeksinya akan hilang setelah 1-2 bulan.
Klasifikasi cacing Ascaris lumbricoides yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum   : Nemathelminthes
kelas    : Nematoda
Ordo    : Ascaroida
Family : Ascaridae 
Genus  : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Linnaeus, 1758).
            Klasifikasi cacing usus ayam yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylida
Famili : Syngamidae
Genus : Syngamus
Spesies : Syngamus laryngeus (Linnaeus, 1758).
            Berdasarkan pengamatan morfologi, tubuh cacing berwarna coklat saat masih hidup dan berwarna putih ketika sudah mati. Tipe ekor cacing yaitu bentuk meruncing dengan titik hitam diujungnya serta tipe kepala yaitu Diplogastrid.
Pada pengamatan filum nemathelminthes ini ditemukan dua jenis spesies yang tidak diketahui identifikasi klasifikasi taksonomi sehingga praktikan menamai dua spesies tersebut dengan nama spesies 1 dan spesies 2.




























BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data ini,dapat disimpulkan bahwa :
Organisme yang tergolong dalam spesies dari Filum Nemathelminthes adalah Ascaris lumbricoides atau biasa disebut cacing perut dan Syngamus laryngeus atau cacing usus ayam yang termasuk dalam kelas Nematoda. Ascaris memiliki beberapa bagian tubuh yaitu otak, mata, faring, mulut, usus halus, ventrolateral nerve dan saraf kuping.umumnya spesies yang terdapat pada filum nemathelminthes bersifat parasit atau merugikan baik pada manusia,hewan dan tumbuhan. Pada pengamatan filum nemathelinthes ini ditemukan dua jenis spesies yang tidak diketahui identifikasi klasifikasi taksonomi sehinggan praktikan menamai dua spesies tersebut dengan nama spesies 1 dan spesies 2.



















DAFTAR PUSTAKA

Budi Hairani,Annida.2012.Insidensi parasit pencernaan pada anak sekolah dasar di
            perkotaan dan pedesaan di kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.Jurnal     Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang.Kabupaten Tanah          Bumbu,Kalimantan Selatan
Mori Friska Tamba, I Made Damriyasa, Nyoman Adisuratma, Stefan          Theisen.2012.Prevalensi dan Distribusi Cacing Pada Berbagai Ikan Selar       Bentong.Jurnal Indonesia Medicus Veterinus.Denpasar,Bali
Muhammad Hambal, Arman Sayuti dan Agus Dermawan.2012. Tingkat Kerentanan          Fasciola gigantica Pada Sapi dan Kerbau Di Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh       Besar.Jurnal Medika Veterenia.Kabupaten Aceh Besar,Banda Aceh
Munadi.2011. Tingkat Infeksi Cacing Hati Kaitannya dengan Kerugian Ekonomi Sapi Potong      yang Disembelih di Rumah Potong Hewan Wilayah Eks-Kresidenan       Banyumas.Jurnal Agripet.Purwokerto,Jawa Tengah
Purwanta , Nuraeni , Josephina D. Hutauruk dan Sri Setiawaty.2009. Identifikasi Cacing  Saluran Pencernaan (Gastrointestinal) Pada Sapi Bali Melalui Pemeriksaan Tinja Di        Kabupaten Gowa.Jurnal Agrisistem.Kabupaten Gowa,Bali











LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM ANNELIDA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV



PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filum Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati, seperti nereis, cacing tanah dan lintah. Annelida berasal dari bahasa latin annelus  berarti cincin kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena cacing seperti sejumlah besar cincin kecil yang diuntai. Ciri khas filum annelida adalah tubuh menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu asterior posterior. Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama ialah metamere, somite, atau segmen. Bagian tubuh paling anterior disebut prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula di bagian paling ujung posterior yang disebut pigidium, terdapat anus.
Segmentasi pada Annelida tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja, melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa. Keberadaan cacing ini juga memiliki arti ekonomi, cacing yang ditemukan di sungai tercemar dan saluran pembuangan dari pemukiman adakalanya sangat banyak, sehingga menjadi mata pencaharian bagi pedagaang pengumpul cacing untuk di jual ke pengusaha ikan hias dengan sebutan cacing rambut atau cacing sutera.
Adapun yang melatarbelakangi dilakukannya poercobaan ini yaitu agar dapat mengetahui organism yang tergolong dalam kelas Annelida kemudian mengamati struktur anatomi dan morfologinya serta menuliskan klasifikasinya.

1.2 Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong filum Annelida serta mengklasifikasikannya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang, adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan platyhelminthes dan nematelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah memilki rongga tubuh sejati ( hewan selomata), nama annelida merupakan heawan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Annelida berarti “cacing kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas cacing filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies filum Annelida, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada cacing tanah Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab. Kita dapat menjelaskan anatomi filum Annelida menggunakan anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah. Selom cacing tanah terpartisi oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali saraf menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu (pembuluh utama memiliki cabang bersegmen) (Campbell, 2003).
            Filum Annelida merupakan cincin kecil bentuk, berarti cacing yang berbentuk cincin kecil. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegment- segment. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segmen, juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau celom (Radiopoetro, 1996).
            Fauna tanah dapat dikelompokkan menjadi makro fauna yaitu hewan tanah yang dapat dilihat secara langsung dengan mata tanpa bantuan mikroskop (>11 mm) misalnya tikus, cacing tanah, Arthropoda, Chilopoda (kelabang), Diplopoda (kaki seribu), Arachnida (lebah, kutu, dan kalajengking), Insekta (belalang, jangkrik, semut, dan rayap), dan Moluska; serta mesofauna yang berukuran 0,16-10,4 mm, misalnya Collembola dan mikrofauna yang berukuran <0,16 mm, misalnya Protozoa dan Nematoda (Erniwati, 2008).
            Cacing tanah yang termasuk phylum Annelida, tubuhnya bersegmen-segmen. Hidup didalam tanah yang lembab, dalam laut dan dalam air, pada umumnya hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensial pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga bersifat parasit pada vertebrata. Tubuhnya juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai system norvesum, system cardiovascular, dan sudah ada rongga tubuh (Wiryono, 2006).
            Cacing tanah telah lama dikenal oleh manusia. Hewan ini hidup di tempat atau tanah yang telindung dari sinar matahari lembab, gembur dan serasah. Habitat ini sangat spesifik bagi cacing tanah untuk tumbuh dan berkembang biak dengan baik, tubuh cacing tanah banyak mengandung lendir sehingga seringkali orang menganggapnya menjijikan. Klasifikasi cacing tanah (L. rubellus) adalah: Kingdom Animalia, Phylum Annelida, Kelas Oligochaeta, Ordo Torriselae, Family Lumbricidae, Genus Lumbricus, Spesies L. rubellus. Cacing tanah yang termasuk phylum Annelida, tubuhnya bersegmen-segmen. Hidup didalam tanah yang lembab, dalam laut dan dalam air, pada umumnya hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensial pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga bersifat parasit pada vertebrata. Tubuhnya juga tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai system norvesum, system cardiovascular, dan sudah ada rongga tubuh mikroskopis (Gustina dkk., 2012).
                                                      






BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah loop, mikroskop stereo,baki preparat, jarum pentul, alat bedah, penggaris. Bahan yang digunakan adalah sampel cacing tanah, Hirudo medicinalis, cacing sutra, Haemodipsa zeylanica,  Tubifex sp.
3.2 Metode
Adapun metode yang dilakukan meliputi :
1.      Struktur morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.      Setiap bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.      Sampel yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.      Sampel dibedah dan amati alat pencernaannya
5.      Klasifikasi taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa hasil spesies, yaitu :
Hirudo medicinalis, Haemodipsa zeylanica, Lumbricus terrestris, Tubifex sp.
4.2 Pembahasan
            Klasifikasi cacing tanah :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus terrestris (Linnaeus, 1758).
 Karakteristik umum pada filum Annelida yaitu: 1) Bilateral; simetris; tubuh panjang dan jelas bersegmen-segmen, 2) Adanya alat gerak yan berupa bulu-bulu kaku (setae) pada tiap segmen (tidak terdapat pada beberapa bentuk), 3) Badan tertutup oleh kutikula yang licin, 4) Dinding badan dan traktus digestivus dengan lapisan otot sirkuler dan longitudinal, 5) Traktus digestivus lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu badan, 6) Sistem kardiovaskular adalah sistem tertutup, pe,mbuluh-pembuluh darah membujur, 7) Respirasi dengan kulit, 8) Organ eksresi terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segment, 9) Sistem pusat terdiri atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak, 10) Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan perkembangan secara langsung (Radiopoetro, 1996).
Berdasarkan Pengamatan Morfologi : Cacing tanah memiliki bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian posteriornya. Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh,
permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut terdapat di ujung anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris. System ekskrasi cacing tanah berupa nephridios pada setiap segmen terdapat sepasang.
Berdasarkan pengamatan Anatomi : Dinding tubuh cacing mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing terletak di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi cacing tanah, dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula. Cacing tanah bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductus spermaticus mulai dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.
Habitat, Cacing tanah hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu.

Klasifikasi Hirudo medicinalis :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Hirudinae
Ordo : Archychobdellida
Famili : Hirudinidae
Genus : Hirudo
Spesies : Hirudo medicinalis (Linnaeus, 1758).
            Memiliki segmen pada bagian tubuh yang ± bisa mencapai 99 segmen. Bagian tubuh dilapisi oleh lapisn kutikula. Pada bagian dorsal lebih gelap dari bagian ventral. Didala air liur terdapat zat putih telur hirudin yang berfungsi dalam mengencerkan darah dan mengandung venicilin.

Klasifikasi Haemodipsa zeylanica :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Hirudinae
Ordo : Archyndobdelida
Famili : Haemadipsidae
Genus : Haemodipsa
Spesies : Haemodipsa zeylanica (Maskoeri, 1992).
            Pada bagian tubuh memiliki anterior sucker, kepala, matameri, anus (rectum). Memiliki corak garis hitam ventrikel pada bagian ventrikelnya dengan warna coklat kehitaman.
Klasifikasi cacing sutra :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Family : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp (Linnaeus, 1758).
            Cacing sutra, Tubifex sp. Memiliki bentuk kecil dengan warna merah yang termasuk kelas Chaetopoda,habitat dia air tawar, hidup secara koloni dan biasanya digunakan untuk pakan ikan. Cacaing ini bersifat transparan, sehingga bagian dalam tubuhnya berwarna terang tampak halus.









BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat simpulkan bahwa :
            organisme yang termasuk dalam filum Annelida adalah cacing tanah,cacing sutra, Hirudo medicinalis dan pacet yang memiliki tubuh simetri bilateral, panjang dan bersegmen, memiliki alat gerak berupa bulu-bulu kaku (setae), tubuh tertutup oleh kutikula, dinding tubuh dan saluran pencernaanya dengan lapisan-lapisan otot sirkuler dan longitudinal, sudah mempunyai rongga tubuh, saluran pencernaan lengkap, respirasi dengan kulit atau dengan branchia dan organ ekskresi terdiri atas sepasang nephiridia pada setiap segmen. Sistem reproduksi cacing ovarium menghasilkan ova, dan terletak di dalam segmen ke-13. Masing-masing cacing memiliki peranan penting dalam kehidupan,baik dari segi ekonomi dan bidang kesehatan.













DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga
Erniwati.2008. Fauna Tanah  pada  Stratifikasi  Lapisan  Tanah  Bekas  Penambangan  Emas         di  Jampang, Sukabumi Selatan. Jurnal Zoologi Indonesia. Pusat penelitian           biologi,LIPI
Gustina Indriati, Mimit Sumitri, Rina Widiana.2012. Pengaruh Air Rebusan Cacing Tanah            (Lumbricus rubellus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia           coli.ISBN.Universitas Negeri Medan,Medan.
Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta: Erlangga
Wiryono.2006.Pengaruh pemberian seresah dan cacing tanah terhadap pertumbuhan          tanaman lamtoro (Leuceana leucocephala Lam De Wit dan Turi (Sesbania     grandiflora) pada media tanam tanah  bekas penmbangan batubara.Jurnal ilmu      pertanian Indonesia.Universitas Bengkulu, Bengkulu.









LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM MOLLUSCA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
   Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit.
            Reproduksi umumnya mollusca menguntungkan bagi manusia, namun ada pula yang merugikan. Peran mollusca yang menguntungkan adalah sebagai berikut  -Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya kerang Anadara sp., sotong Sepia sp. cumi-cumi (Loligo sp), siput/keong Lymnae sp., dan bekicot (Achatina fulica). Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera).Adapun yang melatarbelakangi dilakuaknnya prakrikum ini adalah untuk mengamati morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili mollusca serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasinya.


1.2 Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong filum Mollusca serta mengklasifikasikannya.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping arthropoda.  Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang.
           Mollusca berasal dari bahasa Latin yaitu Molluscus yang berarti lunak. Oleh karena itu Mollusca dikenal dengan hewan yang bertubuh lunak dan tidak memiliki ruas tubuh. Tubuh yang lunak itu umumnya ditutupi oleh cangkang atau rumah yang keras. Hewan ini dapat ditemukan di darat, di air tawar dan di air laut. Sifat hidup molusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa spesies lainnya bersifat parasit pada organisme lain.
           Ciri-ciri Umum Molusca:
  • Tubuh simetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora
  • Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus
  • Coelom tereduksi, dinding tubuh tebal, dan berotot
  • Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk bergerak
  • Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium.
  • Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel
  • Saluran pencernaan berkembang baik
  • Memiliki sistem peredaran darah dan jantung
  • Organ ekskresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya berjumlah satu buah
  • Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali saraf
  • Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur
Menurut Radiopoetro 1996, Mollusca dibagi menjadi lima kelas berdasarkan symetri, sifat-sifat kaki, exoskeleton, pallium, insang, dan sistema nervosum,yaitu :
1.      Amphineura
Tubuh simetris bilateral, sering dengan sebuah exoskeleton yang disusun dari delapan buah lemparan-lemparan tranversal dari bahan kapur atau calcium carbonat dan sejumlah pasangan-pasangan lembaran insang.ex : Chiton sp.
2.      Gastropoda
Tubuh asimetris dan biasanya exoskeleton terputar seperti spiral,contohnya : Achatian fulica, Helix pomatia, Lymea stagnalis
3.      Scapopoda
Memiliki exoskeleton dan pallium yang menyerupai tabung.contoh : Dentalium entale.
4.      Cephalopoda
Tubuh simetris bilateral, memiliki lengan-lengan yang dilengkapi dengan alat penghisap dan memiliki sistema nervosum yang sudah berkembang biak.contoh : Sepia officinalis, Octopus bairdi, Nautilus pompilius.
5.      Pelecypoda
Tubuh simetris bilateral, exoskeleton terdiri dari dua valvae. Kepala ialah rudimenter tanpa tentakel.contoh : Venus mercenaria, Mytilus edulis, Anodonta grandis.
Anadara granosa sering disebut sebagai kerang darah karena adanya warna merah kecoklatan dari daging Anadara. Warna ini terjaadi karena adanya haemoglobia dalam darah. Salinitas merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi distribusi dari kerang darah. kerang darah (Anadara granosa) tumbuh dengan baik pada perairan yang tenang, utamanya diteluk yang berlumpur yang tebalnya 46-76 cm atau lebih (Setyo Adi dkk., 2012).
Cumi-cumi adalah kelompok hewan Cephalopoda atau jenis moluska yang hidup di laut. Nama Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti kaki kepala, hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari kepala. Seperti semua Cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda (Mei Krisselni, 2014).
Sotong dengan nama ilmiah Sepia sp. adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau danau. Daging hewan lunak dari kelas cephalopoda adalah bagian paling penting dari makanan laut yang mengandung tingkat asam lemak rendah, kaya vitamin C dan juga sumber yang baik dari mineral seperti kalsium, kalium seng, zat besi, fosfat dan tembaga (Ulfa Fairus dkk, 2013).
Anggota kelas Cephalopoda ini ada ± 650 jenis, bercangkang internal atau tanpa cangkang, tubuh tertutup oleh mantel yang tebal. Mata berkembang dengan baik terutama pada Loligo. Mulut dilengkapi dengan dua buah rahang yang terbuat dari kitin, berbentuk seperti catut dan kelilingi  oleh 8 – 10 tentakel. Pada hewan jenis jantan, satu atau beberpa tentakel berubah bentuk menjadi hectococtylus (sub kelas Celeodea) dan spandix (sub kelas Nautilodea), yang selain berfungsi sebagai alat kopulasi juga untuk menarik hewan betina. Satu-satunya kelas ini yang masih mempunyai cangkang eksternal adalah Nautilus. Kelas Cephalopoda terdiri dari 2 ordo yaitu Tetrabranchia dan Dibranchia yang didasarkan pada jumlah insang, tentakel dan ada tidaknya cangkang (Rusyana, 2011).












BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, baki preparat, keeping kaca ukuran 25 x 10 cm, beaker glass 100 ml, pinset dan cutter. Bahan yang digunakan adalah sampel bekicot,siput,kerang,cumi-cumi dan sotong, sarung tangan, tissue dan label.
3.2 Metode
Adapun metode yang dilakukan meliputi
1.      Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
2.      Sampel diletakkan diatas baki preparat dan Struktur morfologi sampel diamati dibawah mikroskop.
3.      Setiap bagian pada sampel digambarkan dan beri keterangan.
4.      Sebelum cumi dibedah cumi dibersihkan dari tintanya kemudian gambar.
5.      Panjang dan lebar sampel dihitung, untuk cumi hitung juga jumlah ten takelnya.
6.      Sampel yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat.
7.      Sampel dibedah dan amati alat pencernaannya.
8.      Klasifikasi taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil jenis spesies, yaitu :
Sepia sp., Achatina fulica, Anadara sp., Lymnea sp., Loligo sp.
4.2 Pembahasan
Klasifikasi sampel bekicot :
Kingdom   : Animalia
 Filum   :   Mollusca
Ordo  :   Pulmonata
Claas  : Gastropoda  
Famili  : Achnitidae
Genus   :  Achatina
Spesies   :  Achatina fulica (Jasin, 1992).
                  Berdasarkan pengamatan Morfologi  : Tubuh terdiri atas kepala, leher dan kaki dan masa jerohan, pada kepalanya terdapat ua tentakel yaitu sepasang berukurang pendek terletak di anterior dan mengandung saraf pembau serta sepasanfg kedua lebih pangjang mengandung mata. Mulut achanita terletak dibagian anterior kepala diventral tentakel tepat dibawah terdapat lubang yang berhubungan dengan kelenjar mukosa kaki.
 Berdasarkan pengamatan Anatomi : Alat pencernaan terdiri atas mulut, masa bukal, esophagus, kelenjar ludah tombolok, lambung kelenjar, pencernaan, usus rectum, dan anus dan kelenjar ludah yang terletak dikanan kiri tembolok. Esophagus bermuara ke dalam tembolok serta terdapat ureter yang merupakan saluran dari ginjal terletak disis sepangjang rectum dan bermuara dekat anus. Alat pencernaan pada hewan ini meliputi rongga mulut, eshophgus, kelenjar ludah, krop lambung, kelnjar pencernaan usus rectum dan anus (Jasin,1992). Habitatnya, hidup di darat,tempat lembab dan merupakan hewan Nokturnal.





Klasifikasi sampel sotong :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Sepida
Famili : Sepidae
Genus : Sepia
Spesies : Sepia sp (Linnaeus, 1758).
                  Pada badan sotong memiliki 8 tentakel yang berukuran pendek dan 2 tentakel berukuran panjang. Mata terletak di bagian dorsal dan warna tubuh putih dengan bercak hitam serta memiliki tinta sebagi alat perlindungan.habitat di air laut.fungsi tentakel sebagai alat penangkap mangsa.
Klasifikasi cumi-cumi :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Teuthida
Famili : Loligodinae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp (Linnaeus, 1758).
                  Pada cumi-cumi hanya memiliki 7 lengan pendek dan 2 tentakel panjang. Tentakel berfungsi sebagai alat gerak dan penangkap mangsa. Habitat di air laut. Memiliki kantong tinta yang berasal dari pigmen melanin yang dikeluarkan melalui syfon untuk meghindari predator.
Klasifikasi kerang :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivolvia
Ordo : Arcoida
Family : Arcoidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara sp (Linnaeus, 1758).
                  Kerang merupakan kelompok hewan dari kelas bivolvia yang memiliki cangkang 2 bagian yaitu bagian dorsal disebut umbo dan bagian ventral. Memiliki mantel,syfon dan kaki. Habitat di air laur,pada pesisir pantai dan menempel di batu karang.memiliki kaki yang menyatu.
                       


























BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa :
Organisme yang termasuk filum Mollusca adalah bekicot (Achatina fulica), Loligo sp., Lymnea sp., Sepia sp., Anadara sp. Umunya filum Mollusca memiliki cangkang pada bagian tubuhnya,serta kepala dan kaki. Pada filum Mollusca terbagi menjadi lima kelas yaitu Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda, Pelecypoda,dan Cephalopoda. Perbedaan sotong dan cumi yaitu Simetris tubuh Sepia sp. adalah bilateral. Bentuk tubuh Sepia sp. cenderung lebih besar atau gemuk dibandingkan cumi-cumi. sotong lebih gepeng sedangkan cumi-cumi lonjong, bulat.











DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata.Surabaya : Sinar Wijaya.
Mey Krisselni Sitompul, Andi Zulfikar, T.S Raza’I.2014. Kajian Stok Cumi-cumi (loligo sp.)        Berbasis Panjang Berat yang didaratkan Di Daerah Kawal Pantai Provinsi Kepulauan            Riau.FIKP UMRAH.Kepulauan Riau.
Rusyana, adum. 2011. Zoologi invertebrata. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Setyo Adi Prasojo, Irwani, Chrisna Adhi Suryono.2012. Distribusi dan Kelas Ukuran        Panjang Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Kecamatan Genuk,     Kota    Semarang.Jurnal of marine research.Universitas Diponegoro,Semarang.
Ulfa Fairus, Suparmi,dan Edison.2013. Reduksi Kolesterol pada Sotong (Sepia sp.)
            Dengan Cara Pengolahan yang Berbeda.Universitas Riau,Riau.











LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM ARTHROPODA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.
Arthropoda (dalam bahasa latin,Arthra = ruas,buku,segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler, kecoa. Filum arthropoda dibagi menjadi empat kelas, yaitu Crustcea, Arachnida, Insecta, dan Myriapoda (Chilopoda dan Diplopoda). Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.


1.2 Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur dan morfologi organisme  yang tergolong Arthropoda serta mengklasifikasikannya.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter (Rusyana, 2011).
Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali, coelom  pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan satu rongga berisi darah dan disebut haemocoel. Klasifikasi antropoda terdiri dari kelas crustae, contoh: udang, kelas onychophora, contoh : preparatus, kelas chilopoda, contoh : kelabang, kelas diplopoda, contoh : kelemayar, kelas insecta, contoh : belalang, kelas arachnoidae, contoh : laba-laba, kelas pauropoda, contoh : pauropus dan kelas symphyla, contoh : scutigerella (Jasin, 1992).
Antropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan jenis lainnya. Antropoda bisa ditemukan di laut, air tawar, darat dan lingkungan udara. Termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Hampir dari 90% dari hewan ini adalah antropoda. Antropoda memiliki bebrapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu tubuhnya bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas. Anggota tubuh bersegmen berpasangan, simetris bilateral, eksoskeleton berkitin, secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan. Cara hidup dan habitat  Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
Belalang dan kerabatnya ordo Orthoptera merupakan salah satu anggota dari kelompok serangga (kelas Insecta). Jenis-jenisnya mudah dikenal karena memiliki bentuk yang khusus misalnya belalang, jangkrik, dan kecoa. Belalang dan kerabatnya hidup di berbagai tipe lingkungan atau ekosistem antara lain hutan, semak/belukar, lingkungan perumahan, lahan pertanian, dan sebagainya (Neti Virgo dkk., 2010).
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah salah satu species udang air tawar asli Indonesia. Udang galah merupakan udang yang paling popular dari keseluruhan udang air tawar dikarenakan ukuran tubuhnya yang besar dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi baik di pasar domestik maupun luar negeri (Priyono dkk., 2011).
Hewan-hewan yang tercakup dalam filum arthropoda memiliki anggota badan atau extrimitas yang bersendi-sendi. Berdasarkan hal inilah pemberian nama filum tersebut (arthres = bersendi-sendi dan podes = kaki). Jumlah spesies yang terdapat di dalam filum ini adalah paling besar dibandingka  dengan filum lain, kurang lebih ada 750.000 dari 1000.000 spesies hewan yang telah diketahui. Berjenis-jenis udang,ketam,serangga,laba-laba,kala,tercakup dalam filum ini dan telah banyak dikenal, beberapa jenis jarang dijumpai dan adapula yang tinggal berupa fosil.
Menurut Rodiopoetro 1996, Arthropoda menyerupai annelida dalam hal ini susunan tubuh yang bersegmen dan posisi alat-alat tubuh utama. Tubuh menunjukkkan simetri bilateral, keseluruhan susunannya menunjukkan adanya segmentasi luar atau yang disebut heteronom. Ini berlainan dengan segmentasi pada annelida, yang meliputi seeluruh alat-alat tubuh atau disebut homonom. Arthropoda serupa dengan annelida, yaitu memiliki systema nervosum denga susunan serupa tangga tali atau disebut susunan syaraf tangga tali, dengan ganglion cerebrale dan ganglia abdominalia; satu pembuluh darah punggung yang berfungsi sebagai jantung atau cor, memeompa darah ke arah anterior.







BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop stereo, loop, baki preparat, jarum pentul, dan pinset. Bahan yang digunakan adalah ether, sarung tangan, tissue, sampel belalang, kecoa, kupu-kupu, kaki seribu, udang, laba-laba, capung, kumbang, kepiting.
3.2 Metode
Adapun metode yang dilakukan meliputi
1.      Struktur morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.      Setiap bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.      Sampel yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.      Sampel dibedah dan amati alat pencernaannya
5.      Klasifikasi taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil jenis spesies sebagai berikut, yaitu :
Julus sp., Macrobranchium rosenbergii, Scylla serrata, Appias libythea, Aeshna sp., Locusta sp., Blatta sp., Rhecostica sp., Chalcosoma atlas
4.2 Pembahasan
            Morfologi kaki seribu (Julus sp.) : Tubuhnya bulat panjang.Mulutnya terdiri dari dua pasang maksila dan bibir bawah.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan dua pasang spirakel.Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya hewan ini bersifat hebivora atau pemakan sisa organisme. Gerakkan hewan ini lambat dengan kaki yang bergerak seperti gelombang.Bila terganggu hewan ini akan menggulungkan tubuhnya dan pura-pura mati. tubuh dari  Julus virgatus adalah terdiri atas kepala dan badan, bentuknya silindris, pada setiap ruas terdapat dua pasang kaki, bernapas dengan trakea dan termasuk kepada hewan herbivor serta berkembang biak dengan cara bertelur.
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom  : Animalia
Phylum     : Arthropoda
Classis   : Chordota
Ordo       : Diplopoda

Family    : Julidae
Genus    : Julus
Spesies   : Julus virgatus (Linnaeus, 1758).
            Pada pengamatan morfologi dan anatomi belalang, tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama,yaitu kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Belalang memiliki 6 ruas kaki sendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaiki belakang yang pendek digunakan untuk berjalan. Alat pendengaran pada belalang disebut dengan tympanum yang terletak pada abdomen dekat sayap. Belalang mempunyai 5 mata(2 mata utama dan 3 mata ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berangka luar(exoskeleton). Contoh hewan lainnya yaitu kepiting dan udang.belalang merupakan hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap,yaitu telur, nimfa dan imago(dewasa).sedangkan metamorfosis sempurna adalah metamorfosis yang memiliki 4 tahap,yaitu telur,nimfa,pupa dan imago.
            Klasifikasi Belalang :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Locusta
Spesies : Locusta sp. (Linnaeus, 1758)
          Pengamatan Morfologi dan anatomi pada kepiting, Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam, dari pea crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m. Walaupun kepiting mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan.
Kepiting memiliki sepasang mata yang terdiri dari beberapa ribu unit optik. Matanya terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat dimasukkan ke dalam rongga pada carapace ketika dirinya terancam. Kadang-kadang kepiting dapat mendengar dan menghasilkan berbagai suara. Hal yang menarik pada berbagai spesies ketika masa kawin, sang jantan mengeluarkan suara yang keras dengan menggunaklan chelipeds-nya atau menggetarkan kaki jalannya untuk menarik perhatian sang betina. Setiap spesies memiliki suara yang khas, hal ini digunakan untuk menarik sang betina atau untuk menakut-nakuti pejantan lainnya. Celah insang menjadi vaskular dan dapat berfungsi sebagai paru-paru. Kepiting ini memompa udara melalui udara yang tertahan di dalam celah insang yang harus diperbaharui secara teratur dengan sering masuk ke dalam air. Kepiting hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam, dari pea crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m.
klasifikasi dari kepiting (Scylla sp) adalah sebagai berikut ini:
                   Kingdom              : Animalia
                   Pilum                    : Arthropoda
                   Class                     : Arachnida
                   Ordo                     : Decapoda
                   Family                  : Portunidae
                   Genus                   : Scylla
                   Species                 : Scylla sp (Maskoeri, 1992).
            Pengamatan Morfologi dan anatomi pada udang, tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas  4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum.
Pada anatomi udang memiliki sepasang mata majemuk bertangkai, mulutnya  terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang yang kuat. Terdapat sepasang sungut besar atau antenna dan dua pasang sungut kecil atau antennula. Udang juga memiliki sepasang sirip kepala. Untuk alat gerak udang memiliki lima pasang kaki jalan, kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan cheladan pada bagian dalam  terdapat hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam. Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial.
            klasifikasi dari udang galah adalah sebagai berikut ini:
       Kingdom : Animalia
       Filum       : Arthropoda
       Kelas        : Crustacea
       Ordo         : Decapoda
       Family      : Palaemonidae
      Genus        : Marcobranchium
     Species       : Marcobranchium resenbergii (Deman, 1879).
Pengamatan morfologi dan anatomi kecoa, yaitu Kecoa atau  yang dikenal dengan Periplaneta americana banyak dijumpai dan dikenal karena hewan ini menjadi hama di dapu-dapur dan gudang. Hewan ini mencari makanannya pada malam hari sedangkan pada waktu siang hari bersembunyi. Tubuh kecoa terbagi menjadi tiga bagian dari anterior ke posterior. Bagian-bagian itu adalah caput, thorax dan abdomen. Caput dilengkapi dengan antenna dan mata, menyempit untuk selanjutnya membentuk leher yang pendek dan sempit. Bagian thorax terdiri dari tiga segmen yang dilengkapi dengan tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Bagian paling posterior adalah abdomen terdiri atas 10 buah segmen. Alat mulut pada kecoa terdiri dari labrum bagian yang berupa lembaran lebar, dapat digerakkan, terletak median, tidak sepasang membentuk bibir atas. Bagian yang kedua dari mulut adalah mandibula yang berada dibawah genae dan bersendi, dan gerakan mandibula adalah horizontal serupa udang. Mata pada hewan ini terdiri atas sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal. Kecoa memiliki antenna yang panjang dan juga memiliki dua pasang sayap yang licin. Hewan ini juga memiliki kaki yang terdiri dari tiga pasang kaki yaitu 2 pasang kaki depan dan sepasang kaki belakang.
Klasifikasi ilmiah kecoa yaitu :
Kingdom         : Animalia 
Phylum           : Arthropoda              
Class               : Insecta                                 
Ordo                : Orthopthera
Family            : Blattidae
Genus              : Blatta
Spesies            : Blatta sp (Linnaeus, 1758).
            Klasifikasi ilmiah Rhecostica sp. Yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Family : Theraphosidae
Genus : Rhecostica
Spesies : Rhecostica sp (Simon, 1892).

BAB V
KESIMPULAN

      Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa :
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada), dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Hewan arthropoda ada yang mengalami metamorfosis sempurna, metamorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis. Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual. Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali.


















DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskoeri.  Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
Nety Virgo Erawati dan S.Kahono.2010. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang dan             Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua Ekosistem Pegunungan di Taman Nasional Gunung            Halimun-Salak. Jurnal Entomol Indonesia.Institut Pertanian Bogor,Bogor
Radiopoetro, 1996. Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Rusyan, adun.2011.Zoologi invertebrata (teori dan praktik). Alfabeta. Bandung.
Susilo B. Priyono, Sukardi dan Bonar S.M. Harianja.2011. Pengaruh Shelter Terhadap      Perilaku dan Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium           rosenbergii). Jurnal     perikanan.Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.