LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA INVERTEBRATA
Oleh
Nama : Eko
Pujianto
Nim : F1C413017
Laporan ini disusun
untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum
Mata Kuliah
Sistematika Invertebrata pada Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi
Diterima dan
disahkan
Jambi, Mei 2015
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Ika Oksi Susilawati,
M.Biotech.
NIDK. 201501072006
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi Rahmat dan kesempatan kepada
kami, sehingga praktikan dapat menyusun laporan praktikum Sistematika Hewan
Invertebrata. laporan praktikum ini dibuat sebagai bukti dan acuan bahwa praktikan
telah melaksanakan praktikum dengan prosedur yang telah dibuat oleh para Dosen.
Laporan praktikum ini dibuat berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan di laboratorium biologi dan disesuaikan dengan berbagai literatur
serta jurnal-jurnal penelitian. Seiring do’a dan semangat, kami ucapkan
terimakasih kepada bapak ibu dosen yang telah mengkoordinasi serta membimbing
selama praktikum berlangsung. jika Laporan praktikum ini masih banyak
kekurangan yang disajikan oleh penulis, sehingga kritik dan saran masih diperlukan
untuk penyempurnaan dalam penyusunan laporan praktikum ini. Semoga bermanfaat..
Jambi, Mei 2015
Praktikan
Eko
Pujianto
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL ……………………………………………………………………......i
HALAMAN
PENGESAHAN ……………………………………………………………....ii
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………………...iii
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………………………..iv
FILUM
PROTOZOA..………………………………………………………………………5
FILUM
PLATYHELMINTHES .……………………………………………………….….21
FILUM
NEMATHELMINTHES …………………………………..………………………31
FILUM
ANNELIDA ……………………………………………………………………….41
FILUM
MOLLUSCA ………………………………………...…………………………….51
FILUM
ARTHROPODA …………………………………………………………………..62
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM PROTOZOA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar
Belakang
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium
seiring dengan terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan
organisme lain. Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi
sumberdaya yang sebelumnya belum termanfaatkan dan mengakibatkan radiasi
evolusioner dari bentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut,
air tawar, dan akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona
di bumi saat ini, beberapa di antaranya diilustrasikan pada terumbu karang di
laut berasal dari evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih
dari setengah miliar tahun yang lalu.
Kingdom Protista ini terdiri dari organisme eukariotik
bersel tunggal. Protista dapat dijumpai di mana saja, di air (air tawar dan air
laut), daerah lembab, ataupun hidup bersimbioisis dengan organisme lain.
Protista umumnya bersifat aerobik dan menggunakan mitokondria untuk respirasi.
Nutrisi yang diperoleh dapat bersifat fotoautotropik, heterotropik, atau
keduanya. Protista mempunyai flagella atau silia dalam hiMicrosoftdupnya.
Perkembangbiakannya dapat secara seksual maupun aseksual. Pada kondisi buruk,
protista akan membentuk kistae. Secara taksonomis, protista dikelompokkan
menjadi tiga genera, yaitu protozoa (protista seperti hewan), protista algae
(protista seperti tumbuhan), dan protista seperti jamur.
Bentuk tubuh protozoa biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi
dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak
di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh
di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa
terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat
tropik. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal
(uniseluler). Namun demikian, protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua
tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih.
Ukuran tubuhnya antara 3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti
bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak
menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.
Semua protista adalah eukariota, akan tetapi protista sangat
beraneka ragam, sehingga hanya sedikit karakteristik umum lain yang dapat disebutkan
tanpa perkecualian. Sesungguhnya, variasi protista dalam hal struktur dan
fungsi, melebihi kelompok organisme lainnya. Sebagian besar dari sekitar 60.000
spesies protista yang diketahui hidup saat ini bersifat uniseluler, tetapi ada
beberapa spesies berkoloni dan bersifat multiseluler. Karena sebagian besar
protista bersifat uniseluler, maka protista dapat dianggap sebagai organisme
eukariotik yang paling sederhana. Tetapi pada tingkat seluler, kebanyakan
protista luar biasa kompleksnya paling rumit diantara semua sel.
Sebagian besar ahli sistematika sekarang setuju bahwa
kingdom hewan adalah monofiletik, yaitu, jika kita dapat melacak semua garis
keturunan hewan kembali ke asal mulanya, hewan akan menyatu pada suatu nenek
moyang bersama. Nenek moyang ini
kemungkinan adalah suatu protista berflagela pembentuk koloni yang hidup lebih
700 juta silam dalam masa prakambrium. Protista itu kemungkinan berkerabat
dengan koanoflagelata, suatu kelompok yang muncul sekitar semiliar tahun silam.
Nenek moyang seperti itu telah berkembang menjadi hewan sederhana dengan
sel-sel khusus yang tersusun dalam dua atau lebih lapisan.
1.2
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati struktur dan
morfologi organisme hewan yang tergolong Protozoa dan mengklasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang
paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota.
Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan
bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung
arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota
pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangat beranekaragam,
tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di
antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel
eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama
evolusi protista (Campbell, 2003: 125).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama, zoa = hidup)
adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan
dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu
membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya
sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak
memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri
dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua,
yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal
sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada
hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik (Rohmimohtarto, 2007).
Protozoa adalah hewan bersel tunggal (uniseluler) yang
dibungkus oleh satu plasma membrane. Ukuran tubuhnya kurang dari 10µm dan hidup
secara soliter ataupun berkoloni.
Protozoa
dibagi menjadi enam kelas sebagai berikut yaitu :
(a)
Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba
sp.
(b)
Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria
(c)
Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut
(d)
Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium
(e)
Zoonastigina, dicirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup
bersimbiosis, contohnya yaitu Tripanosoma
(f)
Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei
yang mengontrol
metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi.
Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang
ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan
yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa
juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme.
Protozoa parasitik menyebabkan beberapa
penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya,
reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang
kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi menjadi lima filum utama.
Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried, 2006).
Di antara berbagai organisme yang mendiami air
genangan tanah sawah adalah protozoa dan alga. Mereka berperanan penting dalam
siklus unsur hara di lingkungan air tawar, khususnya pada pertanaman padi
sawah. Beberapa alga pada genangan tanah sawah dilaporkan dapat memfiksasi nitrogen yang kuantitasnya sangat
dipengaruhi oleh aktivitas organisme lain yang mendiami air genangan tanah
sawah tersebut Selain itu secara langsung protozoa dan alga juga sebagai
penyumbang biomassa tanah pada pertanaman padi sawah. Peranan penting lain dari
protozoa and algae adalah sebagai bioindikator perubahan lingkungan. Oleh
karena itu perubahan dan dinamika populasi alga dan protozoa dominan yang
menghuni padi sawah kemungkinan akan terpengaruh oleh aplikasi bokashi yang
diberikan terus menerus (Ainin dkk., 2008).
Menurut Zainal-Abidin (1995),
Dari Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa fenomena poliparasitisme
banyak dijumpai pada ayam hutan dan ayam kampong. Biasanya parasit golongan
nematoda menunjukkan frekuensi kejadian tertinggi dibandingkan dengan cacing
jenis lain, protozoa, atau ektoparasit. Walaupun ayam-ayam tersebut diinfeksi
oleh beberapa jenis parasit, namun secara klinis mereka masih kelihatan sehat
dan tidak menunjukkan sakit akibat terinfeksi parasit.
Protozoa
adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari
Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri
dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria.
Ciri-ciri umum hewan yang tergolong Filum Protozoa dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.
Tubuh tersusun atas
satu sel, ukurannya beberapa mikron sampai beberapa milimeter dan umumnya bersifat mikroskopis.
b.
Umumnya hidup secara
individual, tetapi ada yang hidup secara koloni, ada yang hidup bebas di dalam
air, komensal, dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain.
c.
Umumnya berkembangbiak
dengan cara membelah diri, tetapi ada pula yang mengadakan konyugasi, dan ada
pula yang membentuk spora.
d.
Makanannya berupa :
bakteri, hewan bersel satu lainnya atau sisa-sisa organisme. Cara mengambil
makanannya ada yang saprozoik ( memakan / menguraikan bangkai hewan ) dan
holozoik ( memakan hewan lain yang masih hidup ).
e.
Cara bergeraknya ada
yang menggunakan : flagela, silia, atau pseudopodia, bahkan ada yang tidak
memiliki alat gerak.
f.
Tidak memiliki
klorofil, kecuali Euglena.
g.
Eukariota dan dapat
membentuk sista ( lapisan pelindung ).
Klasifikasi Protozoa
Sekurang–kurangnya ada 15.000- 20.000 jenis
Protozoa. Jenis- jenis termasuk fosil–fosil yang berasal dari zaman Kambrium
yang belum diklasifikasikan secara
memadai. Akan tetapi berdasarkan alat geraknya, Protozoa dapat dibagi menjadi 5
kelas yaitu :
1. Kelas Rhizopoda
Habitat hewan ini di air tawar,air laut,
tempat- tempat basah dan sebagian besar hidup di dalam tubuh hewan atau
manusia. Struktur tubuhnya terdiri dari
protoplasma yang dibatasi oleh membran.Ciri khusus hewan ini adalah alat
geraknya yang berupa kaki semu
(pseudopodium).Kaki semu merupakan penjuluran protoplasma sel. Proses
penjuluran plasma ini berlangsung sedemikian rupa , mula- mula bagian
protoplasma yaitu endoplasma yang kental (plasmogel) mencair sementara menjadi
plasmosol, sehingga mudah bergerak membentuk penjuluran.kemudian jika plasmosol
mengental,maka penjuluran tertarik kembali.
Kelas Rhizopoda
dibagi menjadi 4 ordo yaitu :
1) Amoeba
Amoeba ada yang
dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang (telanjang). Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan
Pelomyxa, bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya amoeba
bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya).
Sitoplasma terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia
ada yang tipe lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada
amoeba bercangkang). Pada lobofodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto
dan endoplasma, sedang pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari
ektoplasma.
Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silika
atau khitin, atau materi dari luar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding
dalam cangkang dengan perantaraan penjuluran protoplasma. Cangkang selalu
memiliki bidang terbuka untuk penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk
cangkang sering mirip helm atau topi. Hewan ini hidup di lumpur-lumpur
di bagian dasar kolam, sawah, sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang
berair dan banyak mengandung sisa-sisa organisme.
Susunan tubuh amoeba bersifat moniselular, sedang bentuk
tubuhnya tidak tetap, selalu berubah-ubah menurut keadaan. Protoplasma terdiri
dari beberapa lapisan yaitu :
a). Plasmolemma, yaitu lapisan
luar sebagai membran sel.
b). Ektoplasma, yaitu lapisan
protoplasma yang sifatnya bening
c). Endoplasma, yaitu lapisan
protoplasma yang sifatnya berbutir-butir.
Di dalam endoplasma ini didapatkan :
a). Nukleus yang berfungsi untuk
mengatur kegiatan sel.
b). Vakuola berdenyut,
berfungsi untuk mengatur kadar air dalam tubuhnya, berarti menjaga tekanan osmosis sel agar konstan
(osmoregulator).
c). Vakuola makanan, berfungsi
untuk mencernakan makanan, karena mengeluarkan enzim. Sari
makanan diserap protoplasma, sisa makanan dibuang.
Hewan ini bernapas dengan cara mengambil oksigen secara
difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan
energi. Pergerakan Amoeba yaitu bergerak dengan menjulurkan kaki semunya, dan
geraknya disebut gerak amoeboid. Perkembangbiakan Amoeba dengan cara membelah
diri dan berlangsung jika keadaan memburuk akan membentuk kista. Pembentukan
kista ini dimaksudkan agar dapat hidup meskipun keadaan memburuk. Keadaan hidup
demikian disebut hidup laten.
2) Foraminifera
Terutama hidup di laut.
Pseudopodianya seperti benang, bercabang dan saling bersambungan disebut
reticulopodia. Foraminifera mensekresikan bahan cangkang yang komposisinya
terutama kalsium karbonat plus sedikit bahan organik seperti silikat dan
magnesium sulfat.
Sebagian besar Foraminifera adalah benthos (melekat pada
dasar lautan), tetapi ada juga yang sebagai plankton seperti Globigerina.
Cangkang yang hidup sebagai plankton lebih halus, sedangkan cangkang plankton
di kawasan berair dingin lebih kecil dan kurang porous (berlubang) dibanding
uang hidup di daerah tropis. Dengan demikian distribusi fosil spesies plankton merupakan
indikator iklim di zaman geologik yang telah silam.
3) Radiolaria
Merupakan protozoa yang
paling cantik. Sluruhnya hidup di laut dan terutama sebagai plankton.Ukurannya
cukup besar dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.Seperti
heliozoa, tutuh radiolaria bentuknya bulat dan terbagi menjadi bagian luar dan
bagian dalam.Bagian dalam yang mengandung satu sampai beberapa inti terbungkus
oleh kapsul sentral dari bahan kitin yang berlubang-lubang yang memungkinnkan sitoplasma
bagian dalam berhubungan dengan sitoplasma bagian luar (ekstra kapsula
sitoplasma).yang terakhir ini sering meluas dan disebut calymma yang
menyelimuti/mengelilingi sentral kapsul.
4) Heliozoa
Tubuh heliozoa terbagi atas dua bagian: bagian luar
(korteks sering berupa vakuola besar) dan bagian dalam atau medula berisi
protoplasma dengan satu sampai beberapa nukleus dan bonggol-bonggol axial.
Walaupun tidak bercangkang, heliozoa mungkin mengandung pasir atau diatome atau
silika. Komponen rangka ini menempel pada bagian luar lapisan gelatin yang
menyelubungi sel heliozoa. Susunannya mungkin lurus seperti axopodia.
2. Kelas Flagellata
Superkelas Mastighopora
mencakup protozoa yang menggunakan flagella (bulu cambuk) sebagai alat gerak
dewasa (mastik=cambuk) dan dianggap sebagai protozoa yang paling sederhana
Ciri-ciri :
·
Alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk).
·
Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang
digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan.
·
Flagel terletak
pada ujung anterior tubuh.
Di lihat dari bentuknya , flagellata terbagi
menjadi 2 :
·
Fitoflagellata (berbentuk seperti tumbuhan) yang
mengandung klorofil dan bersifat fotosintetik. Contoh : Euglena
·
Zooflagellata (berbentuk seperti hewan) yang
tidak mempunyai klorofil dan bersifat heterotrof. Contoh : Trypanosoma.
3. Kelas Ciliata
Subfilum Cilliophora
hanya memiliki satu Kelas Cilliatea.Jenisnya terbesar dari semua Kelas
Protozoa.Semua anggotanya memiliki bulu getar (silia) sebagai alat gerak atau
untuk menangkap makanan, dan sebagian besar memiliki mulut atau sitostome.Satu
ciri Cilliophora adalah memiliki dua inti ; Makronukleus (vegetatif) dan
Mikronukleus (generatif). Salah satu anggota yang dikenal dan hidup di air
tawar adalah Paramecium caudatum.
Ciri-ciri :
1.
Kebanyakan ciliata
berbentuk simetris kecuali ciliate primitiv, simetrinya radial.
2.
Tubuhnya diperkuat oleh
perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
3.
Tubuhnya diselimuti
oleh silia , yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia somatik.
4.
Ciliata mempunyai dua
tipe inti sel (nukleus), yaitu makronukleus dengan mikronukleus.
5.
Ciliata tidak mempunyai
struktur khusus pertukaran udara dan sekresi nutrisi dan cara makan
4. Kelas Sporozoa
Subfilum sporozoa dan
Subfilum cnidospora semula memang dikelompokkan dalam satu kelas sporozoa
karena adanya tahap menyerupai spora yang infektif pada beberapa anggota kedua
kelompok tersebut.Pembagian yang sekarang menjadi dua subfilum merupakan usaha
untuk menentukan kedudukan yang lebih
tua dari kedua kelompok tersebut, meskipun nama sporozoa tetap digunakan pada
kedua kelompok tersebut.
Ciri-ciri :
·
Tidak memiliki alat gerak khusus, tapi bersifat
parasit.
·
Zigot mampu bereproduksi membentuk spora.
·
Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut
juga Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut Sporogoni.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : mikroskop, object
glass, cover glass, labu Enlenmeyer, pipet tetes. Bahan yang digunakan yaitu
aquades, sampel air sawah dan air tawar, rayap,dan ikan air tawar.
3.2 Metode
Metode dan langkah kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1.
Sampel
air yang diduga mengandung protozoa disiapkan dan catat data kualitatif
lingkunagannya.
2.
Sampel
air diamatai menggunakan mikroskop dan gambarkan protozoa yang ditemukan dan
beri keterangan.
3.
Usus
rayap diambil dengan cara memcahkan perutnya dan isinya diletakkan pada objek
glas, encerkan dengan aquades, dan amati menggunakan mikrskop, kemudian catat
dan gambarkan struktur morfologi organisme yang ditemukan.
4.
Ujung
pipet tetes dimasukkan kedalam anus ikan air tawar, ambil sedikit cairan dalam
anus, kemudian teteskan pada objek glas dan amati dengan mikroskop serta
gambarkan struktur morfologi organisme yang ditemukan.
5.
Organisme
yang ditemukan dibuat klasifikasinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa jenis
spesies antara lain,yaitu :
Spirostomum patella, Volvox aureus, Euplotes patella, Aspidisca
lynceus, Trachelius ovum, Spirostomum ambigum, Tachysoma pellionelia, Urceolus
cyclostomus.
4.2 Pembahasan
klasifikasi dari Spirotomum sp. yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Heterotrichida
Famili : Spirostomidae
Genus : Spirostomum
Spesies : Spirostomum sp (Maskoeri, 1992).
Morfologi Spirostomum sp. merupakan genus dari Protista dan
kelas dari ciliata. ketika terkejut, Spirostomum ambigum dapat kontrak
sampai kurang dari setengah panjang,dalam waktu 1/200 per detik .seperti
kontrak,korteks sel liku dan melebar dan struktur spiralnya menjadi
terlihat.Anatomi Spirostomum sp. memiliki ciri-ciri memanjang, fleksibel
dan juga kontraktil.tubuh selnya panjang dan seperti cacing.penampangnya
seperti silinder tetapi dapat diratakan pada ujung ekornya.Habitatnya, spesies
biasanya ditemukan di air tawar.
Klasifikasi volvox aereus yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Protozoa
Kelas : Flagellata
Ordo : Phytomasgophora
Famili : Volvocidae
Genus : Volvox
Spesies : Volvox aereus (Linnaeus, 1758).
Spesies ini terdiri atas ratusan sel yang digabungkan oleh suatu
jalan protoplasma. Sebagian besar senya mempunyai titik mata, klorofil, vakuola
kontraktil dan dua flagella. Perkembangbiakannya dengan dua cara yaitu aseksual
dan seksual.peleburan mikro dan makro gamet membentuk zigot yang terbungkus
oleh suatu dinding yang keras. Pada saat dimana keadaan dinding akan pecah dan
membelah lalu membentuk koloni baru. Pada Volvox,Dimorphisme ini mencapai
puncaknya, sehingga hampir menyerupai seperti apa yang terdapat pada vertebrata
tinggi. Zooid tertentu membesar membentuk macrogamete, yang lain membentuk
microgamete (antheridia) yang bentuknya memanjang berwarna kuning dengan titik
pigmen merah dan 2 flagella (Radiopoetro,1996).
Kingdom
:
Animalia
Philum
: Protozoa
Class
: Ciliata
Ordo
: Hymenostomatida
Family
: Paramecidae
Genus
: Paramaecium
Species
: Paramaecium caudatum (Linnaeus, 1758).
Paramecium caudatum memiliki bentuk yang
tetap karena terdapat pelikel, di sekeliling tubuhnya di penuhi oleh ilia/bulu
getar yang mana cilia ini berfungsi sebagai alat geraknya. Seperti telah
disebutkan bahwa Protozoa kelas Cilliata mempunyai dua macam inti, yaitu:
a.
Makronukleus (inti
besar), berfungsi untuk mengatur kegiatan tubuh seperti bergerak, mencerna
makanan dan lain-lain atau disebut juga sebagai fungsi vegetatif.
b. Mikronukleus (inti kecil), berfungsi untuk perkembangbiakan atau fungsi
generatif.
Morfologi : Paramecium memiliki
tubuh yang seluruhnya atau sebagian ditutupi oleh cilia atau rambut getar,
mempunyai satu makronukleus dan satu atau beberapa mikronukleus, Paramecium bereproduksi
secara vegetatif dengan pembelahan melintang, makronukleus membelah secara
amitosis sedangkan mikronukleus secara mitosis. Paramecium memiliki
tubuh streamline yang dapat digunakan untuk berenang.
Anatomi : Bentuk sel pada paramecium seperti sandal (alas kaki),
memiliki makronuklesus satu, mikronukleus satu atau lebih,dimana mikronukleus
berfungsi sebagai alat reproduksi dan mikronekleus sebagai konjugasi . Habitat
Paramecium pada air tawar yang berenang. Memiliki vakuola
denyut yang terletak pada permukaan aboral yang berfungsi sebagai sistem
ekskresi dan mengedarkan makanan keseluruh tubuh . Ujung sel bagian anterior
lebih tumpul atau membulat . vakuola makanan banyak dan makronukleus bundar
atau letaknya ditengah.reproduksi secara aseksual dan aseksual.
Habitat alami
adalah air tawar, Paramecium sp mengambil air dari hipotonik
lingkungan melalui osmosis dan menggunakan kandung kemih seperti kontraktil
vakuola untuk mengumpulkan kelebihan air dari kanal radial dan mengusir berkala
melalui membran plasma oleh kontraksi sekitarnya sitoplasma.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan analisis data, maka dapat disimpulkan :
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal dan mempunyai ukuran tubuh
mikroskopis. Protozoa merupakan hewan yang bersifat parasit, mutualistis,
komensal atau bebas. Protozoa bergerak dengan flagella (rambut
cambuk),pseudopodia (kaki semu),silia (rambut getar) atau bergerak sendiri.
Protozoa ada yang menguntungkan da nada juga yang merugikan. Protozoa mempunyai
peranan penting dalam daur makan dalam air. Filum protozoa terdiri atas
beberapa kelas yaitu mastigophora/flagellata,sporozoa, sarcodina/rhizopoda,
ciliata/suctoria.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Jakarta: Erlangga
Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Niswati A.,
Dermiyati, dan M.A.S Arif.2008. Perubahan Populasi Protozoa dan Alga Dominan pada Air Genangan Tanah Padi
Sawah yang Diberi Bokashi Berkelanjutan.Jurnal
Tanah Trop. Kabupaten Tanggamus.Lampung
Radiopoetro.1996.Zoologi.
Jakarta: Erlangga
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan
Zainal-Abidin
B.A.H.1995. Protozoa Parasitik dan aspek hematologi ayam hutan Malaysia
(Gallus gallus Spadiceus). Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner. Bangi Selangor.Malaysia
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM PLATYHELMINTHES”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Platyhelminthes dalam
bahasa yunani, platy (pipih), helminthes (cacing atau cacing pipih) adalah
kelompok hewan yang struktur tubuhnya lebih kompleks dibanding porifera.
Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (tripoblastik),yaitu ekstoderm,
mesoderm dan endoderm. Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun hidup
sebagai parasit. Pada Platyhelminthes yang hidup secara bebas memakan
hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.
Anggota filum Platyhelminthes mencapai 10.000
-15.000 spesies. Anggota filum ini tidak mempunyai coelom yang sebenarnya
tetapi mempunyai saluran pencernaan makanan yang kompleks pada kelas
turbellaria dan nematoda. Filum ini mempunyai jaringan yang kompak tetapi tidak
mempunyai gastrodermal, sel-sel amomisit yang bergerak bebas disebut jaringan
mesenkim. Filum ini berbentuk pipih pada bagian dorsoventral. Tidak ditemukan
metamerasi yang nyata, system otot tersusun oleh pembugkus, sistem syaraf pusat
terdapat di daerah kepala dan menyebar ke seluruh tubuh.tipe ekskretori
pronerfus dan sistem reproduksinya sederhana.
Kebanyaan hewan dari
phylum platyhelminthes contohnya cacing hati (Fasiola hepatica) tumbuh
sebagai parasit dalam tubuh manusia. Oleh karena itu lah pentingnya memahami
habitat, morfologi, anatomi dan siklus hidup dari phylum platyhelmintes agar
kita dapat menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat menjaga
keseimbangan dari ekosistem alam.
2.1 Tujuan Praktikum
Tujuan
praktikum ini yaitu untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang
tergolong platyhelminthes serta mengklasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Platyhelminthes adalah cacing daun
yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli menganggap Nemertia, yaitu satu
kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum tersendiri yaitu filum
Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom. Ruang
digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak
mempunyai saluran digesti.Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral,
namun mereka mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap.
Sebagaian anggota cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan.
Cacing-cacing planaria hidup dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita
bersiklus hidup majemuk dan menyangkut beberapa inang sementara. Cacing-cacing
nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal sebagai cacing ikat pinggang (Mukayat,
1989).
Platyhelminthes adalah sekelompok
organisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada
umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah
tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di
bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai
lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan
itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina
terdapat pada tiap–tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis,
dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran
ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis (Maskoeri,
1992).
Platyhelminthes
(platys = pipih, helmins = cacing). Pada Platyhelminthes sudah
ada alat-alat atau organa sederhana yaitu pharynx yang bersifat muscular, oceli
dan alat-alat yang lebih kompleks misalnya organa genetalia dan organa
excretoria. Tetapi mereka masih mempunyai system gastrovascular seperti
diketemukan pada colenterata dengan hanya satu muara yang berfungsi baik
sebagai mulut maupun sebagai anus (Radiopoetro, 1996).
Planaria
sp. merupakan cacing pipih dengan panjang mencapai 30 mm yang termasuk ke
dalam phylum Platyhelminthes. Planaria sp. ini merupakan hewan
fotonegatif dan biasanya ditemukan di bawah batuan yang terhindar dari cahaya
matahari. Planaria sp. umumnya ditemukan di habitat akuatik yang tidak
tercemar dengan arus yang mengalir, sebab Planaria sp. memerlukan
oksigen yang baik, tidak bersifat asam, dan tidak mengandung polutan organik (Hertien
Surtikanti, 2004).
Pada
peternakan sapi potong, penyakit cacing hati (Fasciolasis) sering
dijumpai. Fasciolasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
cacing famili Trematoda dengan spesies Fasciola hepatica dan Fasciola
gigantica. Kedua cacing ini pada temak ditularkan melalui siput dan famili Lymnaeidae.
Cacing Fasciola hepatica pada umumnya dijumpai di daerah beriklim
sedang, sedangkan F. gigantica ditemukan di daerah yang beriklim tropis
basah (Munadi, 2011).
Pada Fasciola
sp. Terdapat unsur seluler yang tampak jelas pada telur Fasciola
ialah sel-sel kuning telur (yolk), sedang sel germinalnya tampak sebagai bagian
transparan di daerah sekitar salah satu kutubnya. Kebanyakan telur mempunyai
operkulum pada salah satu kutubnya, ukuran 150 x 90 mikron (Purwanta dkk.,
2009).
Platyhelminthes dapat dibagi atas
beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah
planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah.
kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali
pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut
disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu,
mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola
hepatica kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat
pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf
pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai
saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida
mengandung organ – organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya
di kumpulkan pada uterus (Yusminah, 2007).
Kebanyakan filum Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka
umumnya merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia
maupun parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi,kerbau, anjing dan
sebagainya.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah mikroskop stereo,loop, alat bedah, baki preparat, jarum pentul, dan
penggaris.bahan yang digunakan adalah sampel Planaria sp. Dan cacing
hati (Fasciola hepatica), tissue dan label.
3.2 Metode
Metode yang
dilakukan meliputi:
1.
Struktur
morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.
Setiap
bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.
Sampel
yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.
Sampel
dibedah dan amati alat pencernaannya
5.
Klasifikasi
taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, diperoleh hasil jenis spesies,yaitu :
Fasciola
hepatica, Taenia saginata, Trichostrongylus sp.
4.2
Pembahasan
Adapun klasifikasi dari Fasciola
hepatica adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Trematoda
Ordo :
Echinostomida
Family :
Fasciolidae
Genus :
Fasciola
Spesies :
Fasciola hepatica (Mukayat,
1989).
a. Morfologi
Morfologi Fasciola hepatica jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan
betina sekitar 22-35 cm. Pada Fasciola
hepatica jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di
ujung ekornya (posterior).Pada Fasciola
hepatica betina, sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin atau
gelang kopulasi. bentuknya
pipih (seperti daun), susunan tubuh triploblastik yang terdiri dari lapisan
ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Sistem pencernaan makanan sederhana. Sistem
ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan ke luar.
b.
Anatomi
Fasciola
hepatica ini tidak mempunyai anus dan alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini
bersifat hemaprodit, berkembang biak dengan cara pembuahan sendiri atau silang,
Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap,
dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang
mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil
dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak. Fasciola
hepatica dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini juga
memiliki khas bercabang organ reproduksi.
Hati Fasciola hepatica juga memiliki
pengisap oral yang digunakan untuk secara efektif jangkar parasit dalam
memotong empedu.
c. Habitat
Fasciola
hepatica parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Fasciola
hepatica yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput
air, sapi, babi, atau manusia.
a. Sistem
Respirasi
Cacing hati (Fasciola hepatica) tidak memiliki alat pernafasan khusus maka ia
menggunakan permukaan tubuh / kulit-nya sebagai tempat pertukaran O2 atau CO2.
b. Sistem
Sirkulasi
System sirkulasi cacing hati (Fasciola hepatika), dengan darah yang
terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula.
c. Sistem Ekskresi
Cacing hati (Fasciola
hepatica) memiliki alat ekskresi khusus yang terdapat pada setiap segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini
dinamakan nefridium. Alat ini
disebut nefrostom. Nefrostom
berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen kesegmen lainnya.
Sementara, sisa metabolisme akan dikeluarkan melalui sebuah lubang yang disebut
nefridiopori. Saat silia pada
nefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir ke
dalam nefridium. Pada nefridum ini, zat berguna seperti glukosa dan ion-ion
diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh kapiler. Sedangkan zat sisa
seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak berguna oleh tubuh
dikeluarkan melalui nefridiopori.
d. Sistem Reproduksi
Alat reproduksi pada Fasciola Hepatica jantan memiliki
sepasang testis dan penis.
e. Sistem Pencernaan
Cacing hati memiliki alat pencernaan
tetapi tidak lengkap. Susunan system pencernaan makanan hanya terdiri dari
mulut, faring, esophagus dan intestine. Lubang mulut tertutup oleh alat
pengisap oral (sucker). Lubang mulut berlanjut dengan rongga mulut yang
berbentuk corong. Rongga mulut berlanjut pada faring yang berdinding tebal
dengan lumen sempit. Dinding faring tersusun oleh otot melingkar. Faring
berfungsi untuk mengisap makanan. Faring mempunyai kelenjar faringeal.
Esophagus menghubungkan faring dengan intestine. Intestine bercabang dua ke
kiri dan ke kanan yang membentang kea rah posterior, dan sejajar. Masing-masing
cabang bercabang lagi ke arah lateralmembentuk kantung-kantung seka atau
divertikula yang buntu. Cabang-cabang ini mebagi makanan ke seluruh tubuh.
Klasifikasi Taenia
saginata yaitu sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Platyhelminthes
Kelas :
Cestoda
Ordo :
Cyclophyledea
Famili :
Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia
saginata (Maskoeri, 1992).
Morfologi : Taenia saginata mempunyai mulut,badan,ekor dan segmen.
Memiliki proglotid (bersegmen), Scolex, memiliki ukuran tubuh yang panjang
berwarna putih.
Planaria sp. merupakan
cacing pipih dengan panjang mencapai 30 mm yang termasuk ke dalam phylum
Platyhelminthes. Planaria sp. ini merupakan hewan fotonegatif dan biasanya
ditemukan di bawah batuan yang terhindar dari cahaya matahari. Planaria sp.
umumnya ditemukan di habitat akuatik yang tidak tercemar dengan arus yang
mengalir, sebab Planaria sp. memerlukan oksigen yang baik, tidak bersifat asam,
dan tidak mengandung polutan organik. Dengan kriteria di atas dapat dikatakan
bahwa Planaria sp. merupakan bioindikator perairan bersih.
Pada peternakan sapi potong,
penyakit cacing hati (Fasciolasis) sering dijumpai. Fasciolasis
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing famili Trematoda dengan spesies
Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Kedua cacing ini pada
temak ditularkan melalui siput dan famili Lymnaeidae. Cacing Fasciola
hepatica pada umumnya dijumpai di daerah beriklim sedang, sedangkan F.
gigantica ditemukan di daerah yang beriklim tropis basah.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis data,dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
Pada Kelas Trematoda yang dapat kami
amati adalah Fasciola hepatica. Fasicola hepatica pada cacing
jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya
(posterior). Pada cacing betina, sepertiga depan terdapat bagian yg disebut
cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini
juga memiliki khas bercabang organ reproduksi. Hati Fasciola hepatica juga memiliki pengisap oral yang digunakan untuk
secara efektif jangkar parasit.
Pada filum platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya
merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun
parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi, kerbau, anjing dan
sebagainya. Filum Platyhelminthes terbagi atas tiga kelas yaitu kelas
Turbellaria,kelas Trematoda, dan kelas Cestoda.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjojo, Mukayat
Djarubito.1989. Zoologi Dasar.
Jakarta: Erlangga.
Hala, Yusminah.2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin
Press.
Jasin, Maskoeri.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.
Munadi.2011. Tingkat Infeksi Cacing Hati
Kaitannya dengan Kerugian Ekonomi Sapi Potong yang
disembelih di Rumah Potong Hewan Wilayah Eks-Kresidenan Banyumas. Jurnal Agripet. Purwokerto,Jawa Tengah.
Purwanta , Nuraeni , Josephina D.
Hutauruk dan S. Setiawaty.2009. Identifikasi cacing saluran pencernaan
(Gastrointestinal)pada sapi bali melalui pemeriksaan tinja di kabupaten Gowa. Jurnal Agrisistem.Kabupaten Gowa,Sulawesi
selatan.
Surtikanti, Hertien.2004. Populasi
Planaria di lokasi Bukit Tunggul dan Maribaya, Bandung Utara. Jurnal matematika dan sains.Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM NEMATHELMINTHES”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada awalnya makhluk hidup yang ada dibumi
dikelompokkan oleh Aristoteles menjadi dua kingdom, yaitu kingdom Plantae
(tumbuhan) dan kingdom Animalia (hewan). Dalam pengelompokkan tersebut, hewan
hewan dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya (darat,air,udara). Sedangkan tumbuhan
dikelompokkan berdasarkan strukturnya (herba,semak,pohon). Semua hewan yang ada
di bumi berasal dari hewan-hewan pada zaman Archeozoicum yang hidup di dalam
air. Hal ini dapat kita lihat dari fosil-fosil yang dijumpai. Sebagian dari
hewan tersebut dalam pengembangannya pindah ke darat, tetapi sebagian lagi
tetap berada dalam air.
Pada saat ini para ahli zoologi telah berhasil
mendeskripsikan kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi
ini dan kurang lebih 5% mempunyai tulang belakang yang dikenal sebagai
Vertebrata. sisa hewan yang ada 95% merupakan hewan yang tidak bertulang
belakang atau Invertebrata. Adapun yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan
ini yaitu agar dapat mengetahui bentuk struktur morfologi dan anatomi dari
filum Nemathelminthes.
Tubuh
Nemathelminthes berbentuk bulat panjang dengan permukaan tubuh halus dan
mengkilat, hidup di air tawar, air laut, pada manusia, hewan maupun
tumbuhan.ciri khusus filum ini adalah antara lain tubuh tidak beruas,
triploblastic, simestris bilateral, tubuh panjang, silindris, tidak bersilia
dan dioceus. Filum Nemathelminthes terdiri dari dua kelas yaitu kelas Nematoda
dan kelas Acanthocephala.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengamati struktur dan morfologi
organisme yang tergolong Nemathelminthes serta mengklasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh Nemathelminthes
berbentuk bulat panjang dengan permukaan tubuh halus dan mengkilat, hidup di
air tawar, air laut, pada manusia, hewan maupun tumbuhan. ciri khusus filum ini
adalah antara lain tubuh tidak beruas, triploblastik, simestris bilateral,
tubuh panjang, silindris, tidak bersilia dan dioceus. Filum Nemathelminthes
terdiri dari dua kelas yaitu kelas Nematoda dan kelas Acanthocephala.
Dalam sebuah ekosistem,
parasit hidup berdampingan dengan makhluk hidup termasuk ikan sebagai salah
satu inangnya sehingga ikan tidak dapat terhindar dari cacing parasite yang
bersaing untuk memperoleh makanan dan tempat tinggal. Cacing (Helminths)
berasal dari kata “Helmins atau Helminthos” (Greek) yang secara umum berarti
organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak. Cacing yang perlu dipelajari untuk
kedokteran hewan ada dua kelompok yaitu Platyhelminthes dan Nemathelminthes.
Cacing Nematoda yang
dapat menginfeksi ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) adalah Anisakis
sp. dan Camallanus sp., dimana Anisakis sp. Merupakan
parasite biota laut dan merupakan ancaman bagi manusia karena bersifat
zoonosis. Anakis sp, Camallanus sp, dan Acanthocephala
berpredileksi pada saluran pencernaan. Anakis sp. Memerlukan
mamalia laut (paus dan lumba) sebagai hospes definitif. Selain cacing nematoda
juga ditemukan cacing Platyhelminthes (cacing pipih). Salah satu filum
Platyhelminthes yang ditemukan pada ikan selar bentong adalah Diginea. Diginea
juga berpredileksi pada saluran pencernaan ( Mori Friska dkk., 2012).
Infeksi cacing
pencernanaan khususnya golongan nematoda dan cestoda merupakan masalah
kesehatan yang memerlukan penanganan serius.berdasarkan media penularannya
cacing percernaan terbagi 2 golongan, yaitu cacing Soil Transmitted Helminth
(STH) yang media penularannya melalui tanah dan non STH yang media penularannya
tidak melalui tanah.spesies yang tergolong pada infeksi cacing pencernaan yaitu
Ascaris lumbricoides,Syngamus laringeus, Hookworm (cacing kait), E.varmicularis,
Thaenia sp., cacing T.trichiura yang dapat menimbulkan
pendarahan kecil yang dapat mengakibatkan anemia (Budi hairani dkk., 2012).
Berdasarkan
survei di beberapa pasar hewan di Indonesia menunjukkan bahwa 90% ternak sapi
dan kerbau mengidap penyakit cacingan yaitu cacing hati (Fasciola hepatica),
cacing gelang (Neoascaris vitulorum) dan cacing lambung (Haemonchus
contortus). Fasciola hepatica mengifeksi ternak pemakan hijauan
seperti sapi, domba dan kambing dan juga manusia melalui berbagai kontaminasi
seperti air dan tanaman (Munadi, 2011).
Salah
satu penyakit parasit yang menyerang ternak, seperti fasciolosis yang
disebabkan oleh cacing hati Fasciola gigantica menimbulkan banyak
masalah dalam bidang peternakan. Fasciolosis mengakibatkan suatu penyakit
hepatitis parenkimatosa akut dan suatu kholangitis kronis. Setelah menyerang
hati, tahap selanjutnya cacing ini dapat mengakibatkan gangguan metabolisme
lemak, protein dan karbohidrat, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan,
menurunkan bobot hidup, anemia dan dapat menyebabkan kematian. Ternak yang
dapat terinfeksi oleh cacing hati ini antara lain sapi, kerbau, domba, dan
kambing dan ruminansia lain (Muhamad Hambal dkk., 2012).
Ascaris sp.
: Telur berdinding tebal, berbintik-bintik dan agak bulat berukuran 68-101 x
60-86 mikron.Cacing saluran pencernaan merupakan salah satu jenis penyakit yang
sering di-jumpai dalam usaha peternakan, kejadian ini dapat menurunkan laju
pertumbuhan dan kesehatan ternak, sebab sebagian zat makanan di dalam tubuhnya
juga dikonsumsi oleh cacing hingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.
Keadaan ini dapat pula menyebabkan ternak menjadi lebih sensitif terhadap berbagai
penyakit yang mematikan (Purwanta dkk., 2009).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1
Materi
alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop stereo, loop, alat bedah,
baki preparat, jarum pentul, dan penggaris. Bahan yang digunakan yaitu sampel
Nematoda dari Crustacea dan usus sapi, aquades,tissue dan label.
3.2
Metode
Adapun metode
yang dilakukan meliputi :
1.
Struktur
morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.
Setiap
bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.
Sampel
yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.
Sampel
dibedah dan amati alat pencernaannya
5.
Klasifikasi
taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil beberapa jenis spesies,yaitu :
Syngamus laryngeus, Ascaris lumbricoides, spesies 1 dan spesies 2.
4.2 Pembahasan
1. Morfologi
Pada pengamatan ini, Ascaris lumbricoides mempunyai
tubuh yang panjang, berbentuk silinder, dan runcing pada kedua ujungnya.
Permukaaan tubuh pada umumnya tidak berwarna. Kutikula berwarna putih
kekuningan. Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat
membentuk garis-garis melintang
sehingga menampakkan ruas-ruas semua pada tubuh cacing. Memeliki tiga buah
bibir, satu dibagian dorsal dan dua di ventrolateral. Di dekat ujung postenior
terdapat anus dengan bibir yang tebal. Di belakang bibir terdapat sebauh lubang
eksresi yang terletak pada bagian midventral.
2. Anatomi
Pada Ascaris
lumbricoides,
mulut berlanjut pada faring atau esofagus yang berbentuk silindris. Faring
berlanjut dengan intestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah.
Intestin itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdiding tipis. Ovarinya
berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari mempunyai saluran
telur (oviduk) yang berukuran lebih lebar. Oviduk menuju ke uterus yangterle
dindingya berotot. Kedua uterus bergabung dan bermuara pada vagina lubang
vagina atau vulva terletak pada sepertiga bagian tubuh dari arah anterior.
Reproduksi : Alat reproduksi
jantan terdiri dari testis dengan saluran berbentuk benang kusut, kemudian saluran
vas deferens yang menuju ke vesikula seminalis dan berakhir pada saluran
ejakulasi, alat reproduksi betina terkenal dengan bentuk Y.
3. Pencernaan
Faring atau esofagus merupakan saluran
pencernaan depan. Faring berlanjut dengan itnestin yang merupakan saluran
pencernaan bagian tengah. Makanan diserpa oleh taring. Sel-sel kelenjar dari
taring menghasilkan enzim dan intestinnya menyerap makanan serta melaksanakan
pencernaan secara intraseluler.
Kelebihan makanan disipang sebagai cadangan glikogen dan lemah di dalam
intestin, otot dan epidermis. Cacing Ascaris
tidak mempunyai alat respirasi.
Respirasi dilakukan secara an-aerob. Energi didapat dengan cara mengubah
glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang dieksresikan melalui kutikula.
Habitat : Merupakan
cacing yang bersifat endoparasit di dalam usus halus manusia. Cacing hidup
bebas dalam rongga usus. Ascaris limbricoides merupakan farietas yang
hidup pada usus babi dapat menginfeksi manusia, tetapi infeksinya akan hilang
setelah 1-2 bulan.
Klasifikasi cacing Ascaris
lumbricoides yaitu :
Kingdom :
Animalia
Filum : Nemathelminthes
kelas : Nematoda
Ordo :
Ascaroida
Family :
Ascaridae
Genus :
Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Linnaeus, 1758).
Klasifikasi
cacing usus ayam yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylida
Famili : Syngamidae
Genus : Syngamus
Spesies : Syngamus laryngeus (Linnaeus, 1758).
Berdasarkan
pengamatan morfologi, tubuh cacing berwarna coklat saat masih hidup dan
berwarna putih ketika sudah mati. Tipe ekor cacing yaitu bentuk meruncing
dengan titik hitam diujungnya serta tipe kepala yaitu Diplogastrid.
Pada pengamatan filum nemathelminthes
ini ditemukan dua jenis spesies yang tidak diketahui identifikasi klasifikasi
taksonomi sehingga praktikan menamai dua spesies tersebut dengan nama spesies 1
dan spesies 2.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data ini,dapat
disimpulkan bahwa :
Organisme yang tergolong dalam spesies dari Filum Nemathelminthes adalah Ascaris lumbricoides atau biasa disebut cacing perut dan Syngamus laryngeus atau cacing usus ayam yang termasuk dalam kelas Nematoda. Ascaris memiliki beberapa bagian tubuh yaitu otak,
mata, faring, mulut, usus halus, ventrolateral nerve dan saraf kuping.umumnya
spesies yang terdapat pada filum nemathelminthes bersifat parasit atau
merugikan baik pada manusia,hewan dan tumbuhan. Pada pengamatan filum nemathelinthes ini ditemukan dua
jenis spesies yang tidak diketahui identifikasi klasifikasi taksonomi sehinggan
praktikan menamai dua spesies tersebut dengan nama spesies 1 dan spesies 2.
DAFTAR PUSTAKA
Budi
Hairani,Annida.2012.Insidensi parasit pencernaan pada anak sekolah dasar di
perkotaan dan pedesaan di kabupaten
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.Jurnal Epidemiologi
dan Penyakit Bersumber Binatang.Kabupaten Tanah Bumbu,Kalimantan Selatan
Mori
Friska Tamba, I Made Damriyasa, Nyoman Adisuratma, Stefan Theisen.2012.Prevalensi dan Distribusi
Cacing Pada Berbagai Ikan Selar Bentong.Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus.Denpasar,Bali
Muhammad Hambal, Arman Sayuti dan Agus Dermawan.2012.
Tingkat Kerentanan Fasciola gigantica Pada Sapi dan Kerbau
Di Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh Besar.Jurnal
Medika Veterenia.Kabupaten Aceh Besar,Banda Aceh
Munadi.2011. Tingkat Infeksi Cacing Hati Kaitannya
dengan Kerugian Ekonomi Sapi Potong yang
Disembelih di Rumah Potong Hewan Wilayah Eks-Kresidenan Banyumas.Jurnal Agripet.Purwokerto,Jawa Tengah
Purwanta , Nuraeni , Josephina D.
Hutauruk dan Sri Setiawaty.2009. Identifikasi
Cacing Saluran Pencernaan
(Gastrointestinal) Pada Sapi Bali Melalui Pemeriksaan Tinja Di Kabupaten Gowa.Jurnal Agrisistem.Kabupaten Gowa,Bali
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM ANNELIDA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filum Annelida mencakup berbagai
jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati, seperti nereis, cacing tanah dan
lintah. Annelida berasal dari bahasa latin annelus berarti cincin
kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena cacing seperti sejumlah
besar cincin kecil yang diuntai. Ciri khas filum annelida adalah tubuh menjadi
ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu asterior posterior. Istilah lain untuk ruas
tubuh yang sama ialah metamere, somite, atau segmen. Bagian tubuh paling
anterior disebut prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula di bagian paling
ujung posterior yang disebut pigidium, terdapat anus.
Segmentasi pada Annelida tidak hanya membagi otot
dinding tubuh saja, melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan
sekatan yang disebut septum, jamak septa. Keberadaan cacing ini juga memiliki
arti ekonomi, cacing yang ditemukan di sungai tercemar dan saluran pembuangan
dari pemukiman adakalanya sangat banyak, sehingga menjadi mata pencaharian bagi
pedagaang pengumpul cacing untuk di jual ke pengusaha ikan hias dengan sebutan
cacing rambut atau cacing sutera.
Adapun yang
melatarbelakangi dilakukannya poercobaan ini yaitu agar dapat mengetahui
organism yang tergolong dalam kelas Annelida
kemudian mengamati struktur anatomi dan morfologinya serta menuliskan
klasifikasinya.
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong filum
Annelida serta mengklasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing
gelang, adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan
platyhelminthes dan nematelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang
sudah memilki rongga tubuh sejati ( hewan selomata), nama annelida merupakan
heawan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Annelida berarti “cacing kecil”
dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cincin yang menyatu merupakan
ciri khas cacing filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies filum
Annelida, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada
cacing tanah Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar
habitat air tawar, dan tanah lembab. Kita dapat menjelaskan anatomi filum
Annelida menggunakan anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah. Selom
cacing tanah terpartisi oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah
longitudinal, dan tali saraf menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh
hewan itu (pembuluh utama memiliki cabang bersegmen) (Campbell, 2003).
Filum Annelida merupakan cincin
kecil bentuk, berarti cacing yang berbentuk cincin kecil. Cacing-cacing yang
termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegment- segment. Mereka hidup di dalam
tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar. Pada umumnya Annelida hidup
bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan
aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata. Annelida di
samping tubuhnya bersegment-segmen, juga tertutup oleh kutikula yang merupakan
hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai sistem nervosum, sistem
kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau celom (Radiopoetro,
1996).
Fauna tanah dapat dikelompokkan menjadi
makro fauna yaitu hewan tanah yang dapat dilihat secara langsung dengan mata
tanpa bantuan mikroskop (>11 mm) misalnya tikus, cacing tanah, Arthropoda,
Chilopoda (kelabang), Diplopoda (kaki seribu), Arachnida (lebah, kutu, dan
kalajengking), Insekta (belalang, jangkrik, semut, dan rayap), dan Moluska;
serta mesofauna yang berukuran 0,16-10,4 mm, misalnya Collembola dan mikrofauna
yang berukuran <0,16 mm, misalnya Protozoa dan Nematoda (Erniwati, 2008).
Cacing
tanah yang termasuk phylum Annelida, tubuhnya bersegmen-segmen. Hidup didalam
tanah yang lembab, dalam laut dan dalam air, pada umumnya hidup bebas, ada yang
hidup dalam liang, beberapa bersifat komensial pada hewan-hewan aquatis, dan
ada juga bersifat parasit pada vertebrata. Tubuhnya juga tertutup oleh kutikula
yang merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai system norvesum,
system cardiovascular, dan sudah ada rongga tubuh (Wiryono, 2006).
Cacing tanah telah lama dikenal oleh manusia.
Hewan ini hidup di tempat atau tanah yang telindung dari sinar matahari lembab,
gembur dan serasah. Habitat ini sangat spesifik bagi cacing tanah untuk tumbuh
dan berkembang biak dengan baik, tubuh cacing tanah banyak mengandung lendir
sehingga seringkali orang menganggapnya menjijikan. Klasifikasi cacing tanah (L. rubellus) adalah: Kingdom
Animalia, Phylum Annelida, Kelas Oligochaeta, Ordo Torriselae, Family
Lumbricidae, Genus Lumbricus, Spesies L. rubellus. Cacing tanah yang
termasuk phylum Annelida, tubuhnya bersegmen-segmen. Hidup didalam tanah yang
lembab, dalam laut dan dalam air, pada umumnya hidup bebas, ada yang hidup
dalam liang, beberapa bersifat komensial pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga
bersifat parasit pada vertebrata. Tubuhnya juga tertutup oleh kutikula yang
merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai system norvesum, system
cardiovascular, dan sudah ada rongga tubuh mikroskopis (Gustina dkk., 2012).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
loop, mikroskop stereo,baki preparat, jarum pentul, alat bedah, penggaris.
Bahan yang digunakan adalah sampel cacing tanah, Hirudo medicinalis,
cacing sutra, Haemodipsa zeylanica,
Tubifex sp.
3.2 Metode
Adapun metode
yang dilakukan meliputi :
1.
Struktur
morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.
Setiap
bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.
Sampel
yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.
Sampel
dibedah dan amati alat pencernaannya
5.
Klasifikasi
taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, diperoleh beberapa hasil spesies, yaitu :
Hirudo
medicinalis, Haemodipsa zeylanica, Lumbricus terrestris, Tubifex sp.
4.2
Pembahasan
Klasifikasi cacing tanah :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus terrestris (Linnaeus, 1758).
Karakteristik umum pada filum Annelida yaitu:
1) Bilateral; simetris; tubuh panjang dan jelas bersegmen-segmen, 2) Adanya
alat gerak yan berupa bulu-bulu kaku (setae) pada tiap segmen (tidak terdapat
pada beberapa bentuk), 3) Badan tertutup oleh kutikula yang licin, 4) Dinding badan
dan traktus digestivus dengan lapisan otot sirkuler dan longitudinal, 5)
Traktus digestivus lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu badan, 6)
Sistem kardiovaskular adalah sistem tertutup, pe,mbuluh-pembuluh darah
membujur, 7) Respirasi dengan kulit, 8) Organ eksresi terdiri atas sepasang
nephridia pada tiap segment, 9) Sistem pusat terdiri atas sepasang ganglia
cerebrales pada ujung dorsal otak, 10) Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan
perkembangan secara langsung (Radiopoetro, 1996).
Berdasarkan Pengamatan Morfologi : Cacing tanah
memiliki bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian posteriornya.
Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh,
permukaan atas berwarna merah sampai
biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan
bawah lebih pucat. Mulut terdapat di ujung anterior, mulut cacing tanah
terletak di dalam rongga oris. System ekskrasi cacing tanah berupa nephridios
pada setiap segmen terdapat sepasang.
Berdasarkan pengamatan Anatomi : Dinding tubuh
cacing mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing
terletak di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5,
system sirkulasi cacing tanah, dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang
disebu plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula. Cacing
tanah bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum, dan terletak
di dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan
infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara
segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong
telur. Testis terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding
vesivula seminalis. Ductus spermaticus mulai dari testis bagian ujung, dan
melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan pada segmen ini juga
ductus itu bermuara keluar.
Habitat, Cacing tanah
hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing
ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu.
Klasifikasi Hirudo medicinalis :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Hirudinae
Ordo : Archychobdellida
Famili : Hirudinidae
Genus : Hirudo
Spesies : Hirudo medicinalis (Linnaeus, 1758).
Memiliki
segmen pada bagian tubuh yang ± bisa mencapai 99 segmen. Bagian tubuh dilapisi
oleh lapisn kutikula. Pada bagian dorsal lebih gelap dari bagian ventral.
Didala air liur terdapat zat putih telur hirudin yang berfungsi dalam
mengencerkan darah dan mengandung venicilin.
Klasifikasi Haemodipsa zeylanica
:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Hirudinae
Ordo : Archyndobdelida
Famili : Haemadipsidae
Genus : Haemodipsa
Spesies : Haemodipsa zeylanica (Maskoeri, 1992).
Pada bagian
tubuh memiliki anterior sucker, kepala, matameri, anus (rectum). Memiliki corak
garis hitam ventrikel pada bagian ventrikelnya dengan warna coklat kehitaman.
Klasifikasi cacing sutra :
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Family : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp (Linnaeus, 1758).
Cacing sutra,
Tubifex sp. Memiliki bentuk kecil dengan warna merah yang termasuk kelas
Chaetopoda,habitat dia air tawar, hidup secara koloni dan biasanya digunakan
untuk pakan ikan. Cacaing ini bersifat transparan, sehingga bagian dalam
tubuhnya berwarna terang tampak halus.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan analisis data, dapat simpulkan bahwa :
organisme yang
termasuk dalam filum Annelida adalah cacing tanah,cacing sutra, Hirudo medicinalis dan pacet yang memiliki tubuh simetri
bilateral, panjang dan bersegmen, memiliki alat gerak berupa bulu-bulu kaku
(setae), tubuh tertutup oleh kutikula, dinding tubuh dan saluran pencernaanya
dengan lapisan-lapisan otot sirkuler
dan longitudinal, sudah mempunyai rongga tubuh, saluran pencernaan lengkap,
respirasi dengan kulit atau dengan branchia dan organ ekskresi terdiri atas
sepasang nephiridia pada setiap segmen. Sistem reproduksi cacing ovarium
menghasilkan ova, dan terletak di dalam segmen ke-13. Masing-masing cacing memiliki peranan
penting dalam kehidupan,baik dari segi ekonomi dan bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga
Erniwati.2008. Fauna Tanah pada Stratifikasi
Lapisan Tanah Bekas
Penambangan Emas di Jampang, Sukabumi Selatan. Jurnal Zoologi
Indonesia. Pusat penelitian biologi,LIPI
Gustina Indriati, Mimit Sumitri, Rina
Widiana.2012. Pengaruh
Air Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.ISBN.Universitas Negeri
Medan,Medan.
Radiopoetro.
1996. Zoologi . Jakarta: Erlangga
Wiryono.2006.Pengaruh
pemberian seresah dan cacing tanah terhadap pertumbuhan tanaman lamtoro (Leuceana leucocephala Lam De Wit dan
Turi (Sesbania grandiflora)
pada media tanam tanah bekas penmbangan
batubara.Jurnal ilmu pertanian
Indonesia.Universitas Bengkulu, Bengkulu.
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM MOLLUSCA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mollusca
(dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh
lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk
mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa
milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo
bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca
hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa
organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang
hidup sebagai parasit.
Reproduksi umumnya mollusca menguntungkan bagi manusia, namun ada pula yang
merugikan. Peran mollusca yang menguntungkan adalah sebagai berikut
-Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya kerang Anadara sp., sotong Sepia
sp. cumi-cumi (Loligo sp), siput/keong Lymnae sp., dan
bekicot (Achatina fulica). Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada
margaritifera).Adapun yang melatarbelakangi dilakuaknnya prakrikum ini
adalah untuk mengamati morfologi dan anatomi dari spesies-spesies yang mewakili
mollusca serta mendeskripsikan dan menyusun klasifikasinya.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
praktikum ini adalah untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang
tergolong filum Mollusca serta mengklasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filum Mollusca
merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filum ini antara lain
remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya
Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping arthropoda. Ciri
umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak
bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ
reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh
terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh
sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel
atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga
mantel yang di dalamnya berisi insang.
Mollusca berasal dari bahasa Latin yaitu Molluscus yang berarti
lunak. Oleh karena itu Mollusca dikenal dengan hewan yang bertubuh lunak dan
tidak memiliki ruas tubuh. Tubuh yang lunak itu umumnya ditutupi oleh cangkang
atau rumah yang keras. Hewan ini dapat ditemukan di darat, di air tawar dan di
air laut. Sifat hidup molusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa
spesies lainnya bersifat parasit pada organisme lain.
Ciri-ciri Umum Molusca:
- Tubuh simetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora
- Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus
- Coelom tereduksi, dinding tubuh tebal, dan berotot
- Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk bergerak
- Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium.
- Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel
- Saluran pencernaan berkembang baik
- Memiliki sistem peredaran darah dan jantung
- Organ ekskresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya berjumlah satu buah
- Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali saraf
- Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur
Menurut Radiopoetro 1996, Mollusca dibagi menjadi lima kelas
berdasarkan symetri, sifat-sifat kaki, exoskeleton, pallium, insang, dan
sistema nervosum,yaitu :
1.
Amphineura
Tubuh simetris bilateral, sering
dengan sebuah exoskeleton yang disusun dari delapan buah lemparan-lemparan
tranversal dari bahan kapur atau calcium carbonat dan sejumlah
pasangan-pasangan lembaran insang.ex : Chiton sp.
2.
Gastropoda
Tubuh asimetris dan biasanya
exoskeleton terputar seperti spiral,contohnya : Achatian fulica, Helix
pomatia, Lymea stagnalis
3.
Scapopoda
Memiliki exoskeleton dan pallium
yang menyerupai tabung.contoh : Dentalium entale.
4.
Cephalopoda
Tubuh simetris bilateral, memiliki
lengan-lengan yang dilengkapi dengan alat penghisap dan memiliki sistema
nervosum yang sudah berkembang biak.contoh : Sepia officinalis, Octopus
bairdi, Nautilus pompilius.
5.
Pelecypoda
Tubuh simetris bilateral,
exoskeleton terdiri dari dua valvae. Kepala ialah rudimenter tanpa
tentakel.contoh : Venus mercenaria, Mytilus edulis, Anodonta grandis.
Anadara granosa sering disebut sebagai kerang darah karena
adanya warna merah kecoklatan dari daging Anadara. Warna ini terjaadi karena
adanya haemoglobia dalam darah. Salinitas merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi
distribusi dari kerang darah. kerang
darah (Anadara granosa) tumbuh dengan baik pada perairan yang tenang, utamanya
diteluk yang berlumpur yang tebalnya 46-76 cm atau lebih (Setyo Adi dkk.,
2012).
Cumi-cumi adalah kelompok hewan Cephalopoda atau jenis
moluska yang hidup di laut. Nama Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti kaki
kepala, hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang
melingkari kepala. Seperti semua Cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan
memiliki kepala yang berbeda (Mei Krisselni, 2014).
Sotong dengan nama ilmiah Sepia sp.
adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau
danau. Daging hewan lunak dari kelas cephalopoda adalah bagian paling penting
dari makanan laut yang mengandung tingkat asam lemak rendah, kaya vitamin C dan
juga sumber yang baik dari mineral seperti kalsium, kalium seng, zat besi,
fosfat dan tembaga (Ulfa Fairus dkk, 2013).
Anggota kelas Cephalopoda ini ada ±
650 jenis, bercangkang internal atau tanpa cangkang, tubuh tertutup oleh mantel
yang tebal. Mata berkembang dengan baik terutama pada Loligo. Mulut dilengkapi
dengan dua buah rahang yang terbuat dari kitin, berbentuk seperti catut dan
kelilingi oleh 8 – 10 tentakel. Pada
hewan jenis jantan, satu atau beberpa tentakel berubah bentuk menjadi
hectococtylus (sub kelas Celeodea) dan spandix (sub kelas Nautilodea), yang
selain berfungsi sebagai alat kopulasi juga untuk menarik hewan betina.
Satu-satunya kelas ini yang masih mempunyai cangkang eksternal adalah Nautilus. Kelas Cephalopoda terdiri dari
2 ordo yaitu Tetrabranchia dan Dibranchia yang didasarkan pada jumlah insang,
tentakel dan ada tidaknya cangkang (Rusyana, 2011).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah mikroskop, baki preparat, keeping kaca ukuran 25 x 10 cm, beaker
glass 100 ml, pinset dan cutter. Bahan yang digunakan adalah sampel
bekicot,siput,kerang,cumi-cumi dan sotong, sarung tangan, tissue dan label.
3.2 Metode
Adapun metode
yang dilakukan meliputi
1.
Alat
dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
2.
Sampel
diletakkan diatas baki preparat dan Struktur morfologi sampel diamati dibawah
mikroskop.
3.
Setiap
bagian pada sampel digambarkan dan beri keterangan.
4.
Sebelum
cumi dibedah cumi dibersihkan dari tintanya kemudian gambar.
5.
Panjang
dan lebar sampel dihitung, untuk cumi hitung juga jumlah ten takelnya.
6.
Sampel
yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat.
7.
Sampel
dibedah dan amati alat pencernaannya.
8.
Klasifikasi
taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil jenis spesies, yaitu :
Sepia sp., Achatina
fulica, Anadara sp., Lymnea sp., Loligo sp.
4.2 Pembahasan
Klasifikasi sampel bekicot :
Kingdom : Animalia
Filum
: Mollusca
Ordo : Pulmonata
Claas : Gastropoda
Famili : Achnitidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina
fulica (Jasin, 1992).
Berdasarkan
pengamatan Morfologi : Tubuh terdiri
atas kepala, leher dan kaki dan masa jerohan, pada kepalanya terdapat ua
tentakel yaitu sepasang berukurang pendek terletak di anterior dan mengandung
saraf pembau serta sepasanfg kedua lebih pangjang mengandung mata. Mulut
achanita terletak dibagian anterior kepala diventral tentakel tepat dibawah
terdapat lubang yang berhubungan dengan kelenjar mukosa kaki.
Berdasarkan
pengamatan Anatomi : Alat pencernaan terdiri atas mulut, masa bukal, esophagus,
kelenjar ludah tombolok, lambung kelenjar, pencernaan, usus rectum, dan anus
dan kelenjar ludah yang terletak dikanan kiri tembolok. Esophagus bermuara ke
dalam tembolok serta terdapat ureter yang merupakan saluran dari ginjal
terletak disis sepangjang rectum dan bermuara dekat anus. Alat pencernaan pada
hewan ini meliputi rongga mulut, eshophgus, kelenjar ludah, krop lambung,
kelnjar pencernaan usus rectum dan anus (Jasin,1992). Habitatnya, hidup di
darat,tempat lembab dan merupakan hewan Nokturnal.
Klasifikasi sampel sotong :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Sepida
Famili : Sepidae
Genus : Sepia
Spesies : Sepia sp (Linnaeus, 1758).
Pada
badan sotong memiliki 8 tentakel yang berukuran pendek dan 2 tentakel berukuran
panjang. Mata terletak di bagian dorsal dan warna tubuh putih dengan bercak
hitam serta memiliki tinta sebagi alat perlindungan.habitat di air laut.fungsi
tentakel sebagai alat penangkap mangsa.
Klasifikasi cumi-cumi :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Teuthida
Famili : Loligodinae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp (Linnaeus, 1758).
Pada cumi-cumi
hanya memiliki 7 lengan pendek dan 2 tentakel panjang. Tentakel berfungsi
sebagai alat gerak dan penangkap mangsa. Habitat di air laut. Memiliki kantong
tinta yang berasal dari pigmen melanin yang dikeluarkan melalui syfon untuk
meghindari predator.
Klasifikasi kerang :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivolvia
Ordo : Arcoida
Family : Arcoidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara sp (Linnaeus, 1758).
Kerang
merupakan kelompok hewan dari kelas bivolvia yang memiliki cangkang 2 bagian
yaitu bagian dorsal disebut umbo dan bagian ventral. Memiliki mantel,syfon dan
kaki. Habitat di air laur,pada pesisir pantai dan menempel di batu
karang.memiliki kaki yang menyatu.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data,
dapat disimpulkan bahwa :
Organisme yang termasuk filum Mollusca adalah
bekicot (Achatina fulica), Loligo sp., Lymnea sp., Sepia sp.,
Anadara sp. Umunya filum Mollusca memiliki cangkang pada bagian tubuhnya,serta
kepala dan kaki. Pada filum Mollusca terbagi menjadi lima kelas yaitu
Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda, Pelecypoda,dan Cephalopoda. Perbedaan
sotong dan cumi yaitu Simetris
tubuh Sepia sp. adalah bilateral. Bentuk tubuh Sepia sp.
cenderung lebih besar atau gemuk dibandingkan cumi-cumi. sotong lebih gepeng
sedangkan cumi-cumi lonjong, bulat.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin,
Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata.Surabaya : Sinar Wijaya.
Mey Krisselni Sitompul, Andi
Zulfikar, T.S Raza’I.2014. Kajian Stok Cumi-cumi (loligo sp.) Berbasis Panjang Berat yang didaratkan Di
Daerah Kawal Pantai Provinsi Kepulauan Riau.FIKP
UMRAH.Kepulauan Riau.
Rusyana, adum.
2011. Zoologi invertebrata. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Setyo Adi Prasojo, Irwani,
Chrisna Adhi Suryono.2012. Distribusi dan Kelas Ukuran Panjang Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir
Kecamatan Genuk, Kota Semarang.Jurnal of marine research.Universitas
Diponegoro,Semarang.
Ulfa Fairus, Suparmi,dan
Edison.2013. Reduksi Kolesterol pada Sotong (Sepia sp.)
Dengan Cara Pengolahan yang Berbeda.Universitas
Riau,Riau.
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN INVERTEBRATA
“FILUM ARTHROPODA”
OLEH :
NAMA : EKO PUJIANTO
NIM : F1C413017
KELOMPOK : IV
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani,
yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda
berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum
arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies
yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong
arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di
air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.
Arthropoda (dalam bahasa latin,Arthra =
ruas,buku,segmen ; podos =
kaki) merupakan
hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut
juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan
tergolong tripoblastik selomata.
Arthropoda
adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh
telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang
berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan,
kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat /
laler, kecoa. Filum
arthropoda dibagi menjadi empat kelas, yaitu Crustcea, Arachnida, Insecta, dan Myriapoda
(Chilopoda dan Diplopoda). Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa
diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran
kecil.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong Arthropoda serta
mengklasifikasikannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani,
yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda
berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum
arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies
yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong
arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di
air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter (Rusyana, 2011).
Ciri-ciri umum dari antropoda antara
lain mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas
sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka
luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga
ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga
tali, coelom pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan satu rongga
berisi darah dan disebut haemocoel. Klasifikasi antropoda terdiri dari kelas
crustae, contoh: udang, kelas onychophora, contoh : preparatus, kelas
chilopoda, contoh : kelabang, kelas diplopoda, contoh : kelemayar, kelas
insecta, contoh : belalang, kelas arachnoidae, contoh : laba-laba, kelas
pauropoda, contoh : pauropus dan kelas symphyla, contoh : scutigerella
(Jasin, 1992).
Antropoda adalah filum yang paling
besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan
hewan jenis lainnya. Antropoda bisa ditemukan di laut, air tawar, darat dan
lingkungan udara. Termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. Hampir dari
90% dari hewan ini adalah antropoda. Antropoda memiliki bebrapa karakteristik
yang membedakan dengan filum yang lain yaitu tubuhnya bersegmen, segmen
biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas. Anggota tubuh
bersegmen berpasangan, simetris bilateral, eksoskeleton berkitin, secara
berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan.
Cara hidup dan habitat Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas,
parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok
hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan
lebah. Habitat penyebaran Arthropoda sangat
luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
Belalang
dan kerabatnya ordo Orthoptera merupakan salah satu anggota dari kelompok
serangga (kelas Insecta). Jenis-jenisnya mudah dikenal karena memiliki bentuk
yang khusus misalnya belalang, jangkrik, dan kecoa. Belalang dan kerabatnya hidup di berbagai tipe lingkungan atau
ekosistem antara lain hutan, semak/belukar, lingkungan perumahan, lahan
pertanian, dan sebagainya (Neti Virgo dkk., 2010).
Udang galah (Macrobrachium
rosenbergii) adalah salah satu species udang air tawar asli Indonesia.
Udang galah merupakan udang yang paling popular dari keseluruhan udang air
tawar dikarenakan ukuran tubuhnya yang besar dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi baik di pasar domestik maupun luar negeri (Priyono dkk., 2011).
Hewan-hewan yang tercakup dalam
filum arthropoda memiliki anggota badan atau extrimitas yang bersendi-sendi.
Berdasarkan hal inilah pemberian nama filum tersebut (arthres = bersendi-sendi
dan podes = kaki). Jumlah spesies yang terdapat di dalam filum ini adalah
paling besar dibandingka dengan filum
lain, kurang lebih ada 750.000 dari 1000.000 spesies hewan yang telah
diketahui. Berjenis-jenis udang,ketam,serangga,laba-laba,kala,tercakup dalam
filum ini dan telah banyak dikenal, beberapa jenis jarang dijumpai dan adapula
yang tinggal berupa fosil.
Menurut Rodiopoetro 1996, Arthropoda
menyerupai annelida dalam hal ini susunan tubuh yang bersegmen dan posisi
alat-alat tubuh utama. Tubuh menunjukkkan simetri bilateral, keseluruhan
susunannya menunjukkan adanya segmentasi luar atau yang disebut heteronom.
Ini berlainan dengan segmentasi pada annelida, yang meliputi seeluruh alat-alat
tubuh atau disebut homonom. Arthropoda serupa dengan annelida, yaitu memiliki
systema nervosum denga susunan serupa tangga tali atau disebut susunan syaraf
tangga tali, dengan ganglion cerebrale dan ganglia abdominalia; satu pembuluh
darah punggung yang berfungsi sebagai jantung atau cor, memeompa darah ke arah
anterior.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1
Materi
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop stereo, loop, baki preparat,
jarum pentul, dan pinset. Bahan yang digunakan adalah ether, sarung tangan,
tissue, sampel belalang, kecoa, kupu-kupu, kaki seribu, udang, laba-laba,
capung, kumbang, kepiting.
3.2 Metode
Adapun metode
yang dilakukan meliputi
1.
Struktur
morfologi sampel diamati dibawah mikroskop
2.
Setiap
bagian pada sampel digambar dan beri keterangan
3.
Sampel
yang telah diamati diletakkan diatas baki preparat
4.
Sampel
dibedah dan amati alat pencernaannya
5.
Klasifikasi
taksonomi dari masing-masing sampel cacing yang diamati disusun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil jenis spesies sebagai berikut, yaitu :
Julus sp., Macrobranchium
rosenbergii, Scylla serrata, Appias libythea, Aeshna
sp., Locusta sp., Blatta sp., Rhecostica sp., Chalcosoma
atlas
4.2 Pembahasan
Morfologi kaki seribu (Julus sp.)
: Tubuhnya bulat panjang.Mulutnya terdiri dari dua pasang maksila dan bibir
bawah.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan dua pasang
spirakel.Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya hewan ini bersifat
hebivora atau pemakan sisa organisme. Gerakkan hewan ini lambat dengan kaki
yang bergerak seperti gelombang.Bila terganggu hewan ini akan menggulungkan
tubuhnya dan pura-pura mati. tubuh dari Julus virgatus adalah
terdiri atas kepala dan badan, bentuknya silindris, pada setiap ruas terdapat
dua pasang kaki, bernapas dengan trakea dan termasuk kepada hewan herbivor
serta berkembang biak dengan cara bertelur.
Klasifikasi ilmiah :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Chordota
Ordo
: Diplopoda
Family
: Julidae
Genus
: Julus
Spesies
: Julus virgatus (Linnaeus, 1758).
Pada pengamatan morfologi dan
anatomi belalang, tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama,yaitu kepala, dada
(thorax), dan perut (abdomen). Belalang memiliki 6 ruas kaki sendi, 2 pasang
sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat
sedangkan kaiki belakang yang pendek digunakan untuk berjalan. Alat pendengaran
pada belalang disebut dengan tympanum yang terletak pada abdomen dekat sayap.
Belalang mempunyai 5 mata(2 mata utama dan 3 mata ocelli). Belalang termasuk
dalam kelompok hewan berangka luar(exoskeleton). Contoh hewan lainnya yaitu
kepiting dan udang.belalang merupakan hewan yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3
tahap,yaitu telur, nimfa dan imago(dewasa).sedangkan metamorfosis sempurna
adalah metamorfosis yang memiliki 4 tahap,yaitu telur,nimfa,pupa dan imago.
Klasifikasi Belalang :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Acrididae
Genus
: Locusta
Spesies
: Locusta sp.
(Linnaeus, 1758)
Pengamatan Morfologi
dan anatomi pada kepiting, Tubuh
kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras,
dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting hidup di air laut, air tawar
dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam, dari pea crab, yang
lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan
rentangan kaki hingga 4 m. Walaupun kepiting mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh
kepiting mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan.
Kepiting memiliki sepasang mata yang terdiri dari
beberapa ribu unit optik. Matanya terletak pada tangkai, dimana mata ini dapat
dimasukkan ke dalam rongga pada carapace ketika dirinya terancam.
Kadang-kadang kepiting dapat mendengar dan menghasilkan berbagai suara. Hal
yang menarik pada berbagai spesies ketika masa kawin, sang jantan mengeluarkan
suara yang keras dengan menggunaklan chelipeds-nya atau menggetarkan
kaki jalannya untuk menarik perhatian sang betina. Setiap spesies memiliki
suara yang khas, hal ini digunakan untuk menarik sang betina atau untuk
menakut-nakuti pejantan lainnya. Celah insang menjadi vaskular dan dapat
berfungsi sebagai paru-paru. Kepiting ini memompa udara melalui udara yang
tertahan di dalam celah insang yang harus diperbaharui secara teratur dengan
sering masuk ke dalam air. Kepiting
hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam, dari pea
crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba
Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m.
klasifikasi dari kepiting (Scylla sp) adalah sebagai berikut ini:
Kingdom : Animalia
Pilum :
Arthropoda
Class
: Arachnida
Ordo :
Decapoda
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Species : Scylla sp (Maskoeri, 1992).
Pengamatan Morfologi
dan anatomi pada udang,
tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian
badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang
terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.
Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai
sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas
keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk
runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan
melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum.
Pada
anatomi udang memiliki sepasang mata majemuk bertangkai, mulutnya
terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang yang kuat. Terdapat
sepasang sungut besar atau antenna dan dua pasang sungut kecil atau antennula.
Udang juga memiliki sepasang sirip kepala. Untuk alat gerak udang memiliki lima
pasang kaki jalan, kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan
cheladan pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang yang melekat pada ruas pertama
sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami
perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat
ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang
bisa diamati adalah usus yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas
keenam. Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya hidup
diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial.
klasifikasi
dari udang galah adalah sebagai berikut ini:
Kingdom : Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Palaemonidae
Genus : Marcobranchium
Species : Marcobranchium resenbergii (Deman, 1879).
Pengamatan morfologi dan anatomi kecoa, yaitu Kecoa
atau yang dikenal dengan Periplaneta americana banyak dijumpai dan
dikenal karena hewan ini menjadi hama di dapu-dapur dan gudang. Hewan ini
mencari makanannya pada malam hari sedangkan pada waktu siang hari bersembunyi.
Tubuh kecoa terbagi menjadi tiga bagian dari anterior ke posterior.
Bagian-bagian itu adalah caput, thorax dan abdomen. Caput dilengkapi dengan
antenna dan mata, menyempit untuk selanjutnya membentuk leher yang pendek dan
sempit. Bagian thorax terdiri dari tiga segmen yang dilengkapi dengan tiga
pasang kaki dan dua pasang sayap. Bagian paling posterior adalah abdomen
terdiri atas 10 buah segmen. Alat mulut pada kecoa terdiri dari labrum bagian
yang berupa lembaran lebar, dapat digerakkan, terletak median, tidak sepasang
membentuk bibir atas. Bagian yang kedua dari mulut adalah mandibula yang berada
dibawah genae dan bersendi, dan gerakan mandibula adalah horizontal serupa
udang. Mata pada hewan ini terdiri atas sepasang mata majemuk dan satu
mata tunggal. Kecoa memiliki antenna yang panjang dan juga memiliki dua pasang
sayap yang licin. Hewan ini juga memiliki kaki yang terdiri dari tiga pasang
kaki yaitu 2 pasang kaki depan dan sepasang kaki belakang.
Klasifikasi ilmiah kecoa yaitu :
Kingdom
: Animalia
Phylum
:
Arthropoda
Class
:
Insecta
Ordo
: Orthopthera
Family
: Blattidae
Genus
: Blatta
Spesies
: Blatta sp
(Linnaeus, 1758).
Klasifikasi
ilmiah Rhecostica sp. Yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Family : Theraphosidae
Genus : Rhecostica
Spesies : Rhecostica sp
(Simon, 1892).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, dapat
disimpulkan bahwa :
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang
berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang
kakinya beruas-ruas. Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala),
toraks(dada), dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Hewan arthropoda ada
yang mengalami metamorfosis sempurna, metamorfosis tidak sempurna, dan ada yang
tidak bermetamorfosis. Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.
Ciri-ciri umum
dari antropoda antara lain mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral
simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin
sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang
tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf
berupa sistem saraf tangga tali.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri. Zoologi
Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
Nety
Virgo Erawati dan S.Kahono.2010. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang dan Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua
Ekosistem Pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Jurnal Entomol Indonesia.Institut Pertanian Bogor,Bogor
Radiopoetro, 1996. Zoologi.
Penerbit Erlangga. Jakarta
Rusyan, adun.2011.Zoologi
invertebrata (teori dan praktik). Alfabeta. Bandung.
Susilo B. Priyono, Sukardi dan Bonar
S.M. Harianja.2011. Pengaruh Shelter Terhadap Perilaku
dan Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Jurnal perikanan.Universitas Gadjah
Mada,Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar